Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Edy Martanto bersama staf, Sabtu (6/4) tadi pagi menyempatkan berkunjung ke Kampus Kehidupan, di lingkungan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sanpah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati untuk melihat langsung benih ikan yang ditebar Desember tahun lalu di empang kampus tersebut.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabuoaten Pati yang menaruh perhatian terhadap upaya penataan lingkungan Kampus Kehidupan kompleks Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Sejak akhir 2017 OPD yang bersangkutan sudah menebar benih ikan jenis nilai hitam dan merah di bak instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) TPA tersebut.
Waktu itu sebanyak 3.000 ekor benih ikan jenis tersebut ditebar dua tahap, dan bahkan sempat berproses untuk menuju ke pemebasaran. Akan tetapi, di tengah operjalanan bak IPAL yang seharusnya kondisi airnya sudah netral tiba-tiba kembali tercemar karane air limbah di bak-bak pemprosesan limpas dan masuk ke bak air yang seharusnya sudah memenuhoi syarat sebagai air buangan, karena tingginya curah hujan.
Dari kegagalan tersebut, kata Edy Martanto, paling tidak pihaknya sudah memberikan pembelajaran bagimana cara membudiyakan jenis ikan air tawar itu di lingkungan kampus kehiduoan itu. Dengtan demikian, penebaran benih berikutnya dilakukan pertengahan Desember Tahun 2018 untuk jenis ikan yang sama juga sebanyak 3.000 ekor.
Akan tetapi swetelah hampir emoat bulan berjalan, katanya, ternyata pertumbuhannya sangat lambat sehingga harus dicari faktor pebyebabnya. ”Jika hal itu karena pengaruh dari kondisi air untuk keperluan bududaya, serta media empang yang digunakan dari terpal , maka yang harus diteli adalah kondisi air yang dinaikkan dari sumur dengan kedalaman lebih dari 50 meter,”ujarnya.
Personel dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati saat ini ganti menebar ikan jenis lele di empang Kampus Kehidupan kompleks Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margirejo, Pati.(Foto:SN/aed)
Terlepas dari hal tersebut, katanya lebih lanjut, ketertarikan pihaknya terhadap konsep pengelolaan lingkungan TPA untuk zona nonaktif, karena semua kembali ke alam. Maksudnya, untuk jenis tanaman yang ditanam sebagian besar, adalah jenis-jenis yang saat ini hampir tidak lagi dikenal oleh anak-anak kita, di antaranya jenis tanaman lerut.
Demikian pula untuk penataan yang membutuhkan material, hal itu juga memanfaatkan barang-barang limbah banyak terbuang sebagai sampah. Apalagi, jika konsep penataannya ke depan adalah sebagai Temoat Wisata Edukasi Anak, maka anak-anak memang perlu diperkenalkan kepada alam dan lingkungan.
Karena itu, salah satu upaya budi daya ikan air tawar seperti empang yang tudak berada langsung di atas tanah, hal itu bisa menjadi media pembelajaran. Lebih-lebih, jika dalam memahami media budidaya juga diperkanlkan pula bagaimana cara menangkapnya, maka dalam momen itu bisa dutanamkan agar jangan melakuka penangkapan ikan menggunakan strom maupun menebarkan pestisida di perairan umum, baik itu alur kali mapun waduk dan embung-embung.
Sebab, cara itu akan membunuh dan merusak habitat ikan yang ada di dalamnya sehingga penangkapan ikan model itu jelas menjadi larangan. ”Belum lagi konsep penanganan penanaman pohon melalui Gerak Orang Tua Asuh Pohon (GOTAP), meskipun meskipun hasilnya belum bisa maksimal mengingat pohon yang ditanam memang cukup sulit pertumbuhannya, yaitu jenis pohon gaharu,”imbuh Edy Martanto.(sn)