Redaktur ”Samin News” Alman ED.(Foto:SN/aw)
SAMIN-NEWS.COM GENAP sepekan ”geger genjik” Pemilu Serentak Tahun 2019 di republik ini berlalu, ternyata masih menyisakan hal-hal yang dipersoalkan di kalangan sekelompok elite politik utamanya dalam Pemilu tresiden dan Wakil Presiden. Padahal yang masuk dalam kontestasi ini hanya ada dua pasangan calon, seharusnya kalau benar-bejar seorang negaran dalam berkompetisi seperti ini sejak awal sudah menanamkan kesadaran pada hati nurani, yaitu siap menang dan siap kalah.
Sebab, sudah menjadi bahasa alam bahwa dalam kompetsi apa pun hanya ada dua hasil yang harus diterima oleh kompetitor yang bersangkutan. Yakni sebagai pihak yang menang atau sebagai pihak yang kalah, dan bukan sebagai pecundang dengan mengahalalkan segala cara, hal itu sama saja sudah meninggalkan cara berpikir waras sebagai bangsa pemegang teguh adat ketimuran.
Karena itu, jika dalam waktu yang masih sore mengingat penghitungan suara oleh pihak penyelenggara sampai saat ini masih berlangsu. Mendadak sontak sudah muncul teriakan yang menjadi tertawaan siapa saja yang mendengar dan melihatnya, apalagi jika tidak teriakan sepenggal kalimat ”Sii…iaaa…aap Presiden.”
Padahal secara konstitusional, untuk Presiden di republik ini beserta seluruh rakyat pemiliknya tahu masih sah menjadi hak milik Jokowi hingga Oktober mendatang. Akan tetapi mengapa tiba-tiba ada sekolompok orang yang menyebutkan kalimat ”Sii…aa…aap Presiden.” Ini benar-benar keterlaluan, karena kalau hasil akhir dalam kompetisi ini Jokowi yang kembali sebagai kompetitor, ternyata tidak terpilih lagi maka silakan kompetiotor yang satunya benar-benar sebagai pemenang, sialakan rakyat pendukungnya berteriak bergaung, tapi tidak memalukan.
Jika hasil akhir berkata lain, maka para pendukungnya yang berteraiak ”Sii…aa….ap Presiden,” mungkin presiden yang dimaksud adalah presiden dari planet. Karena terikan yang sudah menggaung saat ini, hal itu akan menyebabkan rakyat sebagai pemilik sah republik ini, tentu tidak akan mempercayai dan bahkan mentertawakannya.
Akan tetapi kalau yang diteriakkan kelompok pendukungnya tersebut adalah presiden dari planet, ya sudah barang tentu sah-sah saja. Jika rakyat dipaksa-paksa, dan diadu-adu untuk mengakui presiden dari planet, ya nanti dulu karena itu jelas-jelas menciderai konstitusi di republik ini, mengingat bangsa ini bukan bangsa planet tapi bangsa di negeri yang berdaulat.
Dengan demikian, sekali lagi jangan siapa pun kalian yang merasa dari planet lain, rakyat di republik ini jangan kalian bentur-benturkan, jangan kalian adu-adu dalam kontestasi ini. Sebab, rakyat sudah melihat dengan kacamata rakyat, bukan dengan kacamata kuda, apalagi dengan kacamata bangsa planet, jelas tidak akan pernah bertemu dalam kebersamaan yang namanya perstuan dan kesatuan.
Di sisi lain rakyat di negeri yang berdaulat dalam prosesi pergantian kepemimpinan nasional sudah diatur dalam UU. Karena itu, jika terjadi kekeliruan sepanjang ada aturan untuk perbaikannya, maka perbaikan tetap akan dilakukan sesuai tahapan waktu yang mengatur, bukan terus memvonis lembaga penyelenggara atau rakyatnya melakukan kecurangan.
Rakyat siapa pun tidak akan rela, jika para pelaksana penyelenggara pemilu yang sudah bersusah-susah sampoai harus menelan korban jiwa karena terlalu kelelahan demi tanggung jawab dalam menegakkan konstitusi di republik ini, justru dilecehkan dengan pernyataan-p[ernyataan, pemilu curang. Mengingat pemilu untuk memilih kepempinan nasional tersebut berlangsung di republik ini, ya ikuti saja sesuai aturan perindang-indang di republik ini.
Berdasarkan pemikiran waras, jika sebagai bangsa planet, ikut-ikutan berkontestasi di negara kesatuan, tanggalkan dulu kesombongan-kesombongan bangsa planet. Menjilmalah sebagai bangsa manusia berakal waras, agar bisa menerima hasil kompetisi yang hanya ada dua, yaitu menang dan kalah.Salam Waras….(Ki Samin)