Penataan bagian wajah depan ”Kampus Kehidupan” di lingkungan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Suloharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Upaya penataan salah satu sisi wajah depan ”Kampus Kehidupan” Forum Wartawan Pati (FWP) di kawasan lingkungan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, kini memasuki tahapan finishing. Selasa (16/4) sore tadi dilakukan uji coba pengisian air di kolam pelataran.
Selain uji pengisian air kolam tersebut, kata Sekretaris FWP, Satria Abdi Nugraha juga sekaligus dilakukan pemasangan ”airator” untuk sirkulasi air kolam. Perintukan kolam tersebut, utamanya sebagai temopat memelihara ikan untuk therapi, dan di atas kolam tersebut terdapat jembatan ”sasak” (bambu) lengkap dengan atap rumbia atau koridor masuk ke ruang galeri.
Akan tetapi khusus yang disebut terakhir, upaya penataannya akan dilakukan menyusul setelah pendirian tempat pada posisi di lokasi lebih tinggi di belakang ruang galeri selesai dituntaskan. Sebab, untuk ruang yang diperuntukkan sebagai galeri masih dimanfaatkan untuk berteduh bila beberapa seniman dan pekerja saat bekerja tiba-tiba turun hujan.
Bersamaan dengan upaya penataan ruang galeri, nanti juga akan diikuti penataan sisi bagian wajah depan kampus yang sama. ”Yakni, pembuatan monumen FWP, serta taman di sekitarnya yang sudah menjadi konsep tata ruang kawasan tersebut,”ujarnya.
Mengingat keterbatasan yang tidak bisa dipaksakan, masih kata dia, pihaknya akan menunda untuk sementara waktu upaya menata bagian belakang monumen, di masa sesuai konsep awal adalah untuk penempataan beberapa jenis satwa. Sebab, untuk mendapatkan satwa yang populasinya bisa ditangkarkan seperti beberapa jenis burung yang kini nyaris punah, seperti jenis burung ”emprit kaji” minimal harus kita selamatkan.
Dengan kata lain, pembuatan sangkar agar burung-burung tersebut bisa leluasa terbang tetap harus disediakan. Selebihnya ada pula rencana untuk memilahara burung kecil yang harganya sangat murah, untuk meramaikan kawasan kampus, hal itu bisa jenis kutilang maupun tekukur yang bebas dipetrjual-belikan karena tidak dilindungi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA).
Selain itu, pihaknya juga berencana mengembangkan kelinci yang jika sudah berkembang biak akan dilepas, dan jenis sata lain seperti angsa maupun ayam kalkun juga harus dipiara. Dengan demikian, muara akhir agar di lokasi tersebut benar-benar layak menjadi objek wisata edukasi untuk anak, lengkap dengan lembaga pendidikan dan ketrampilan.
Pertimbangannya, di lokasi ini banyak didapat barang-barang bekas (limbah) yang bisa dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi barang kerjinan. ”Akan tetapi semua itu tergantung Pak Bupati, diperkenankan tidak jika lokasi ”Kampous Kehidupan” ini sebagai pusat Wisata Edukasi Anak, karena tidak hanya satwa yang akan menjadi pengbhuninya melainkan tumbuhan dan pepohonan yang mulai jarang kita temukan lagi, coba diuoayakan lagi ketersefiaannya di kampus kehidupan ini,”imbuh Satria Abdi Nugraha.(sn)