Listrik Ala Komedian Markonyik

Ini penerangan listrik yang dianggap oleh kelompok penjual jasa mainan di Pusat Kuliner Pati  masih belum maksmal, sehingga memunculkan tanggapan sinis ,”kalau masih kurang terang seharusnya bawa genset sendiri.(Foto:SN/aed) 


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Jika bicara soal lampu penerangan listrik ala jug-jug yang sering dilontarkan  komedian Markonyik dan pasangannya Konyil,  membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak, dan terpingkal-pingkal. Apalagi bisa tertawa itu sebagai tanda bagian orang yang jiwanya sehat dan nalar berpikirnya pun fresh, asal tidak tertawa sendiri.
Biasanya sebagai pemancing pertanyaan atas jug-jug untuk membuat ”ger-geran” adalah Markonyik, melempar  pertanyaan kepada pasangannya Konyil. Yakni, ”Kenapa listrik kok padang? Konyil menganggap pertanyaan itu terlalu mudah, atau semudah jika ada pertanyaan, ”Siapa penemu listrik?” Untuk jawabannya, pasti siapa lagi kalau tidak Thomas Edison.
Akan tetapi jawaban Konyil itu tetap disalahkan oleh Konyik, dan bahkan pertanyaan semudah itu saja tidak bisa menjawab, karena orang sebodoh apa pun sebenarnya akan bisa mudah menjawab. Karena dikatakan sebagai orang bodoh, maka Konyil pun protes keras  atas apa yang disampaikan  Konyik, sehingga Konyil ingin tahu jawaban apa yang benar atas pertanyaan tersebut.
Dengan gayanya yang sombong dan sok pintar, Konyik pun menjawab terlebih dahulu mengulang pertanyaannya, ”Kenapa listrik kok padang? Merga kowe melek. Nek ora percaya, hare njajal kowe merem, listrik kuwi mesti peteng,” tandasnya, dan mendengar itu penonton pun , geerrr…….
Hal  tersebut tak beda jauh dengan umpatan mereka bahwa listrik di sini, sudah dimaksimalkan apa karena masih sering ”njegleg.”  Karena kemasan jawaban bernada umpatan, jelas sangat berbeda dengan jug-jug kedua komedian itu, dan jika dikemas dalam ungkapan kalimat yang datar-datar saja, maka jawaban itu bisa dirasakan sebagai jawaban yang sadar.
Apalagi jika tidak, ”Listrik di sini sering ”jegleg” karena yang memanfaatkan untuk penerangan berjualan jumlahnya ratusan orang. Bahkan ada kecenderungan kurang kontrol, atau masing-masing ada unsur kesengajaan untuk jor-joran, meskipun ada pula yang membutuhkan lampu penerengan listrik tersebut secukupnya.
Usut-punya usut, justru yang memanfaatkan daya listrik paling besar adalh pemilik usaha jasa mainan seperti ini. Jumlahnya ada empat unit, dan untuk memasukkan angin ke dalamnya harus menggunakan daya dorong listrik pada tahap awal minimal 1.000 wat, padahal di lokasi pusat kuliner itu hanya terpasang dua boks panel penyalur/pembagi daya yang pada awalnya sebesar 15.000 wat.
Ketika hal tersebut ditanyakan kepada Kasi Listrik Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati, Priyo membenarkan, bahkan terakhir catu daya itu sudah ditambah lagi sebesar 5.500 wat, karena sudah ada tambahan dua lampu bertiang tinggi. ”Penambahan daya tersebut sudah barang tentu untuk kepentingan lingkungan sekitar, sehingga jika penggunaan lampu penerangan di tenda-tenda tempat berjualan tetap memcukupi,”katanya.(sn)
Previous post Jarimu harimaumu ,UU ITE harus dilakukan revisi sesuai jati diri bangsa
Next post Masih Soal Lampu Listrik Ala Komidian Konyik-Konyil

Tinggalkan Balasan

Social profiles