Brastawa (Romo Daddy Pasamsa) dalam cerita ”Ontran-ontran Kerajaan Pugala” yang dimainkan grup Ketoprak Laras Budaya Pati pada peringatan Hari Tri Suci Waisak 2563, di halaman Vihara Desa Karangsari, Kecamatan Cluwak, Pati (atas). Brastawa tengah berbincang serius dengan ”penderek”-nya Konyik dan Konyil (bawah).(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM SEBAGAI penulis cerita, penata adegan, dan juga sekaligus pemeran sebagai Pangeran Brastawa, putra Raja Badra Sinha dari Kerajaan Dropala, ternyata Romo Daddy Pasamsa SAg, MM, MPd masih menyempatkan diri mencermati dan memaknai ungkapan jug-jug ”pendereknya.” Yakni, komidian Konyik dan Konyil sebelum adegan putra raja yang bersangkutan mendatangi mereka, untuk menemui keduanya.
Salah satu ”jug” yang kembali dilempar kedua komedian itu tak lain soal lampu listrik yang bisa menyala terang benderang. Seperti biasanya gaya kedua komedian itu yang melempar/pengumpan permasalahan , adalah Konyik. Sedangkan yang menangkap/umpan tersebut Konyil, dan jawaban atas pertanyan, ”mengapa lampu listrik bisa menyala terang benderang?”
Jawaban Konyil, ”karena ada strumnya.” Jawaban tersebut oleh Konyik pun dinyatakan salah dengan argumentasi, serta balik bertanya, ”apa asal ada strumnya pasti bisa menyala terang? Konyik pun menunjuk contoh riil, yaitu sound (sound system-Red) meskipun ada strumnya, ternyata gelap pekat.”
Atas jawaban itu, Konyik pun menysulinya dengan jawaban tambahan,”lampu listrikl menyala terang benderang, karena kamu membuka mata. Coba kamu memejamkan mata, maka yang ada pasti gelap gulita,”katanya.
Pangeran Brastawa setelah diusir Ayahndanya, Raja Badra Sinha karena ingin dinikahkan dengan, Kundini, putri Raja Usikha dari Kerajaan Puggala, karena selama ini antara dua kerajaan itu merupakan musuh bebuyutan. Dalam semedi di hutan, Brastawa didatangi seekor burung jelmaan Dewa Sakkha yang memberikan wahyu.(Foto:SN/aed)
Saat Pangeran Brastawa diusir Ayahndany karena minta dinikahkan dengan Kundini, putri Raja Usikkha dari Kerajaan Puggala yang merupakan musuh bebuyutan, akhirnya mencari kedua abdinya itu. Dalam kesempatan tersebut, Romo Daddy Pasamsa (Brastawa) sebelum berangkat ke hutan untuk semedi maupun bertapa, menyempatkan mengkilas balik ungkapan kedua addinya.
Memang benar, katanya, lampu listrik bisa menyala karena ada strumnya, tapi ada hal lebih dalam maknanya berkait hal tersebut. Yakni, seterang benderang apa pun dunia ini tapi jika manusia penghuni bumi ini hati, pikiran, dan perbuatannya dirasuki nafsu angkara, maka lampu yang terang bendserang di sekelilingnya semua berubah menjadi gelap gulita.
Karena itu, Konyik dan Konyil pun menimpali atas apa yang disampaikan Brastawa, bahwa di dunia ini setiapo manusia harus bisa membebaskan diri dari yang namanya ”napsu angkara. Hal sama dalam cerita yang ditulis sendiri Romo Daddy juga dimasukkan unsur-unsur penyadaran dalam adegan 3, di Kraton Dropala tentang ”Trimala.”
Masing-masing ”Dosa” (kebencian), ”Moha,” (kebodohan), dan Lobha (serakah). Adegan sebelum Brastawa berangkat menuju ke hutan juga sempat melakukan ”cangkriman” sehingga yang bisa menjawab, hadiahnya bisa diambil selesai adegan tersebut, yaitu di dunia ini hanya ada dua aliran yang dijawab Konyik, yang pertama aliran sesat, dan yang kedua, tapi jawaban itu dimentahkan oleh Konyil.
Menurut jawaban Konyil itu yang benar, yaitu aliran sungai dan aliran listrik.(Ki Samin)