Mortir diperkiarakan peninggalan masa penjajahan Belanda (1948) yang gagal meledak dan ditemukan kembali, kini diubah menjadi sebuah Monumen ”Teratai” Brimob Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM SAAT ditemukan oleh pencari ikan di alur Kali Bengawan Solo yang membatasi antara Kota Cepu (Jawa Tengah) dan Bojonegoro (Jawa Timur) Tahun 2010, Regu Penjinak Peledak dari Brimob Pati yang berangkat ke lokasi, kemampuannya benar-benar teruji. Sebab, untuk mengangkat mortir berukuran besar tersebut tingkat kesulitannya cukup tinggi.
Karena itu, untuk mengangkut benda berbahaya tersebut membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari proses persiapan sekitar pukul 14.00 hingga pelaksanaannya cukup berhasil membutuhkan waktu sampai sekitar pukul 04.00 subuh dini hari. Apalagi, selain satu mortir berukuran besar juga ditemukan sejumlah mortir berukuran kecil.
Hal tersebut dibenarkan Wakil Komandan Kompi Brimob Pati, Iptu Kirno saat berbincang dengan ”Samin News” (SN) Kamis (20/6) kemarin. Setelah barang berbahaya yang ditemukan diangkut ke Markas Brimob di Jl AKBP Agil Kusumadya Pati, semua prosedur penyerahannya ke kesatuan setingkat di atasnya pun dilakukan.
Akan tetapi keputusan akhir, semua pengamamannya dikembalikan ke Brimob Pati sehingga mortir-mortir yang berukuran kecil yang dianasilsa masih berbahaya pun dimusnahkan sesuai ketentuan. Sedangkan satu yang berukran lebih besar, karena hasil analisis tingkat bahayanya sudah jauh berkurang, maka tetap disimpan.
Dasar analisis tersebut, karena baut/penutup pada bagian kepala yang lazim disebut hulu ledak waktu berhasil diangkat dari dasar kali sudah terbuka. ”Lagi pula waktu terpendam di dasar kali juga sudah puluhan tahun,”ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, maka ketika Komandan Kompi Brimob dipercayakan kepada Iptu Gpenadi, timbul gagasan untuk mengubah mortir itu menjadi sebuah monumen. Karena itu, di tahun ini rancangan bentuk monumen pun dilakukan, kemudian dipersiapkan kerja khusus ahl bahan peledak dari personel anggota.
Tahap awal pekerjaan yang dilakukan adalah mengorek isi (mesiu) yang ada pada bagian hulu ledak, maka sedikit demi sedikit bahan peledak tersebut dikorek untuk dikeluarkan dari bagian tersebut. Dengan demikian, saat harus mengorek-orek mesiu tersebut tidak bisa dilakukan secara serentak, sampai mesiu pada bagian itu benar-benar bersih.
Tahap berikutnya ganti mengorek keluar pada bagian pembakaran yang hanya disekat seperti membran. Tahap akhir dilanjutkan dengan mengorek mesiu pada bagian badan mortir atau bagian yang meledak, dan total berhasil dikeluarkan seluruh isinya sampai mendapatkan empat sak.
Pada bagian inilah yang membutuhkan waktu cukup lama, tapi akumulasi waktu secara keseluruhan yang dibutuhkanlebih dari satu bulan. ”Selesai seluruh isi bahan peledak berhasil dikeluarkan, tahap berikutnya dirancang menjadi monumen mortir dengan konstruksi berdiri tegak sebagai yang diterakan dalam filosofinya, dan monumen tersebut sekarang sudah berdiri di sisi samping depan halaman Kompi Brimob Pati,”imbuhnya.(Ki Samin)