Filosofi Tumpeng Menurut Nenek Moyang Suku Tionghoa

Koordinator Gusdurian Pati, Eddy Siswanto usai memotong tumpeng dan doa bersama sebagai rangkaian peringatan HUT Ke-73 Bhayangkara Polres Pati, di halaman Klenteng Hok Tik Bio Pati, Senin (8/7) tadi pagi, menyerahkannya kepada Kasat Intelkam Polres setempat, AKP Yuniswandi disaksikan sesepuh Gusdurian, Kiai Happy Irianto dan Kapolsek Kota Pati, Iptu Sahlan.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Kelompok Gusdurian Pati bersama jajaran Satintelkam Polres setempat,  dalam rangkaian peringatan HUT Ke-73 Bhayangkara di halaman Klenteng Hok Tik Bio Pati, Senin (8/7) tadi pagi, selain menyelenggarakan tumpengan juga doa bersama. Ini tentu kali pertama klenteng di Pati memperingati hari lahir para Bhayangkara negara tersebut.
Hal tersebut benar-benar menunjukkam sinergitas antara Polri dan masyarakat dalam upaya meningkatkan pelayanan, pengayom dan pelindung masyarakat, benar-benar semakin mantab. Apalagi mengingat tugas para Bhayangkara negera ini ke depan bukan semakin ringan, tapi justru kian bertambah berat.
Karena itu usai potong tumpeng, Koordinator Gusdurian Pati, Eddy Siswanto pun mengambil filosofi bentuk makanan tersebut yang mengkerucut dan menjulang sesuai ajaran nenek moyang suku Bangsa Tionghoa. Yakni, katanya, hal itu menggambarkan bahwa setiap manusia itu harus mempunyai cita-cita seperti gunung yang menjulang tinggi.
Demikian pula, jajaran kepolisian yaang tugasnya sebagai pelayan, pengaman, pelindung dan pengayom masyarakat, hendaknya terus bercita-cita yag tinggi, sehingga tugas-tugas yang harus dijalani tidak hanya berhenti pada sebatas  tugas semata. ”Akan tetapi, pemikiran dan gagasan harus inovatif dan konstruktif,”tandasnya.
Sebab, katanya lagi, yang harus dilindungi, dijaga, dan diayomi itu bukan hanya sekadar rakyatnya tapi juga tetap utuhnya NKRI yang merupakan harga mati. Sedangkan filosofi tumpeng lainnya, seperti makanan dan lauk pauk yang mengitari sekelilingnya itu digambarkan sebagai lautan dengan berbagai isi kekayaannya yang membentang luas.
Dengan demikian, setiap anggota Polri kekayaan jiwanya untuk terus mengambdi dan berbakti kepada harus benar-benar seluas lautan. Apalagi, negara ini  membutuhkan benteng dan pengawal kedaulatan seluruh rakyatnya, agar tetap sebagai negara yang berdaulat dan bermartabat maka Polri sebagai Bhayangkara negera harus saling bahu membahu bersama rakyat untuk terus menerus menjaganya.
Atas dasar itulah, maka persatuan dan kesatuan dengan tidak melihat larar belakang suku, ras maupun agamanya yang sudah bertahun-tahun dikemas dalam bingkai ”Bhineka Tunggal Ikha” jangan sampai ada yang coba-coba merongrongnya. Karena itu, Polri harus selalu membangun sinergitas dengan berbagai pihak.
Apalagi dengan filosofi tumpeng yang tersurat seperti itu dari ajaran nenek moyangnya, maka filosofinya ada pada suku yang berbeda-beda di bumi NKRI. ”Sebab, dalam perhelatan apa pun di klenteng juga tidak pernah meninggalkan tumpeng,”imbuh Eddy Siswanto.(sn)
Previous post Menunggu Kepatuhan Sopir Truk Tidak Masuk Kota
Next post PROVINSI SAMIN DALAM IMPIAN

Tinggalkan Balasan

Social profiles