Membumikan Peringatan Hari Jadi Pati; Sebuah Catatan dari Beberapa Tulisan (25)

Gunung Patiayam yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  SELAIN menjadi tempat domisili Eyang Slisi, ya Empu Sumali, di kawasan sisi barat Gunung Patiayam, di sekitar Klaling dan Terban, keduanya di wilayah Kecamatan Jekuko, Kudus, di Ranggit juga sudah terungkap ditemukannya fosil gajah purba. Sekarang lokasi ditemukannya fosil tersebut menjadi sebuah museum, dan tentu masih banyak misteri lainnya yang sampai saat saat ini masih sekadar dalam bentuk cerita tutur.
Satu di antaranya adalah sebuah perbukitan yang dikenal dengan sebutan ”Argo Jembangan,” di mana dalam cekungan lerengnya terdapat sebuah gua yang konon juga menjadi tempat pertapaan seekor naga. Sdekor naga tersebut juga mempunyai andil besar dalam menumpas makarnya Eyang Sili, karena naga itu tak lain salah satu dari dua putra Empu Suwarno yang beristrikan Nyai Santi, karena berasal dari kawasan perbukitan Santi, Pangonan.
Di balik misteri itu juga disebutkan, bahwa pada masa mudanya, kedua kakak dan adik seperguruan murid seorang pertapa di Patiayam, Kumbang Jejali, sama-sama jatuh hati kepada perempuan cantik tersebut. Akan tetapi Sumali harus mengakui keunggulan kakak seperguruannya, Suawrno yang ternyata lebih mampu meluluhkan hati perempuan, Nyi Santi.
Dasar Sumali, ternyata diam-diam masih menaruh dendam kesumat karena cintanya ditolak oleh Nyi Santi. Karena itu melalui kemampuannya yang melebihi manusia normal lainnya, Sumali dalam sumpah dendam kesumatnya berhasil menghancurkan harapan pasangan keluarga kakak seperguruannya, Suwarno.
Sebab, dari pasangan suami-istri itu saat lahir putra pertama kondisi fisiknya tidak lazim karena bagian kulit di badannya bersisik, dan bagian kepala wujudnya kepala seekor ular besar yang lazim disebut naga. Putra laki-laki pertama itu diberi nama Sarudali, dan oleh Suwarno sengaja cenderung untuk dilepas di alam bebas.
Pilihan tempat tersebut tak lain sebuah gua, di bukit Arga Jembangan dengan pertimbangan berat hati tapi dari fisik putranya yang tidak normal sebagaimana mestinya, maka sama-sama  sebagai makhluk Sang Pencipta, pasti akan mampu mengatasi permasalahannya sendiri. Empu Suwarno bersama istr tetap berkunjung ke perbukitan itu untuk menengok kondisi putranya.
Ternyata pada usia lima tahun, Saruda;i bisa bercakap-cakap sebagaimana seorang anak balita. Berikut putra keduanya pun lahir, diberi nama Ganjur dengan kondisi fisik normal tapi belakangan diketahui mempunyai cacat bawaan dari segi mwntal, meskipun deemikian mempunyai kelebihan pada mata batinnya yang sangat tajam.
 Joko Ganjur ini juga mempunyai andil dan berjasa karena ayahnya Suwarno bisa membereskan pemberontakan Sumali atas kekuasaan Adipati Kembang Joyo, adalah berkat petunjuknya. Demikian pula Empu Suwarno bisa menciptakan keris yang keampuhannya setara dengan pusaka ”piandel”  Pati, atau keris Rambut Pinutung juga berkat petunjuk putranya Joko Ganjur, dan pusaka tersebut dikenal sebagai Keris ”Budeg” Pati.(bersambung)
Previous post Kesiapan Material Batu Granit Hambat Pelaksanaan Pekerjaan Revitalisasi Alun-alun
Next post Membedakan Fragmen Wasis Joyokusumo atau Kembang Joyo, atau Tombronegoro

Tinggalkan Balasan

Social profiles