SAMIN-NEWS.COM MEMPREDIKSI segala sesuatu yang masih dalam proses, seperti lelang pengadaan jasa lainnya Kirab Prosesi Hari Jadi Pati Tahn 2019 seperti itu, hanya semata-mata memberikan gambaran riil munculnya sebuah kendala. Padahal panitia dalam mempersiapkan segala sesuatunya, terutama rapat-rapat kepanitian sudah mulai dilakukan sekitar Mei.
Seharusnya tayangan meteri lelang masuk ke panitia lelang, maksimal paling lambat pekan pertama Juni, sehingga jarak waktu pelaksnaan lelang dengan waktu pelaksanaan kirab prosesi cukup longgar. Dengan demikian, pembahasan di tingkat rapat persiapan itulah dipastikan tidak efektif, sehingga hanya membahas bentuk dan karakter angka 696 saja berlarut-larut hingga menghabiskan waktu sampai tiga jam lebih.
Padahal, angka tentang Hari Jadi Pati itu, seharusnya tanpa filosofi apa pun karena yang terpenting angka yang menunjukkan umur Kabupaten Pati dalam tahun itu bisa dibaca secara jelas. Sehingga tidak perlu menjadi perdebatan sampai berjam-jam dalam rapat persiapan, karena angka tersebut tidak perlu dimaknai apa pun.
Sedangkan yang berkait khusus dengan rangkaian peringatan hari jadi, kalau urut-urutan rangkaiannya sudah dibakukan, maka sebagaimana yang sudah-sudah diawali mulai tanggal 6 Agustus, di sore hari. Yakni selamatan dan doa bersama di pendapa Kemiri, dan malam harinya dilanjutkan dengan Sidang Paripurna Istimewa DPRD Pati.
Selasai sidang istimewa tersebut dilanjutkan malam tirakatan dengan lokasi kembali ke pendapa Kemiri, dan pagi harinya 7 Agustus upacara. Jika terjadi perubahan tidak seperti peringatan di tahun-tahun sebelumnya yang tanpa kirab prosesi, biasanya selesai upacara dilanjutkan dengan ziarah di makam Adipati Tombronegoro yang terletak di Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor.
Dari rangkaian tersebut, maka semua menuju Kemiri untuk melakukan kirab prosesi berupa iring-iringan rombongan dalam perpindahan (hijrah) pusat pemerintahan di Kemiri ke Kaborongan. Peerta kirab akan diterima sekda di pendapa kabupaten yang sekarang, di mana semua rombongan kirab prosesi bersama masyarakat yang tengah menonton akan diberikan kesempatan makan bersama secara gratis. Pesta memeriahkan peringatan biasanya pun terus berakhir.
Jika benar demikian, harapan untuk bisa ”membumikan” kirab hari jadi rasanya sulit, karena yang terlibat tentu semua personel yang sudah ditunjuk untuk melaksanaan prosesi, dan masyarakat cukup menjadi penonton di sepanjang pinggir jalan yang dilalui, maka rangkaian kirab prosesi seperi itu sama saja dengan kirab-kirab prosesi sebwlumnya.
Hanya yang membedakan, barang kali tampilan gebyar peserta kirab benar-benar luar biasa karena biaya yang dialokasikan untik keperluan itu mencaai ratusan juta. Semoga saja demikian adanya (bersambung)