Kelompok wanita penghuni kompleks ”Lorong Indah” (LI) di Dukuh Bibis, Desa/Kecamatan Margorejo, Pati, semuanya adalah para pendatang dari daerah lain untuk mengkais rezeki, dipisahkan tersendiri (atas). Kelompok warga di lingkungan LI yang kebanyakan adalah penjual makanan, barag-barang kelontong,juru parkir dan juga juru antar juga ditempatkan terpisah (bawah).(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM DALAM agenda rutin tahunan setiap bulan Apit (Jawa), para penghuni kompleks Lorong Indah (LI) di Dukuh Bibis, Desa/Kecamatan Margorejo, Pati, tak ketinggalan untuk ikut melaksanakan hajatan (sedekah) bumi. Adapun sesepuh (pepunden) yang pernah hidup masanya, di dukuh ini adalah Eyang Ki Paluombo.
Petilasannya ada di bawah pohon besar di tepi jalan raya Pati-Kudus KM 4,2. tapi bukan masalah ”pepunden” dukuh ini yang dicermati penulis. Sebab, dalam pelaksanaan sedekah bumi sepintas terjadi driskriminasi antara kelompok perempuan pendatang penghuni kompleks lorong tersebut dengan warga di lingkungan sekitar lorong.
Khusus yang disebut terakhir, kata Ketua RT setemat, Mastur, pada awalnya bergabung dan berbaur menjadi satu dengan kelompok perempuan pendatang dengan mengambil tempat lokasi penitipan sepeda motor. Akan tetapi entah siapa yang memulai pada awalnya, barang kali justru kelmpok perempuan pendatang, karena dalam satu tahun orangnya bisa berganti-ganti.
Karena itu, kelompok perempuan pendatang di temat yang terpinggirkan ini, mengqmbil temat berkumpul tersendiri, yatu di sebuah ruangan sempit yang selama ini digunakan untuk kegiatan pengajian. ”Sedangkan kelompok dari lingkungan sekitar kompleks, tanpa sengaja juga mwngambil tempat di lokasi parkir kendaraan pengunjung,”ujarnya.
Jika kelompok sekitar lingkungan duduk di kursi, dan makan tersedia cukup banyak, berupa puluhan ”ingkung” dan nasi ”ambeng” di ruang terbatas yang ditempati kelompok perempuan pendatang dengan jumlah makan terbatas. Akhirnya hal itu berubah menjadi kebisaan hingga sekarang, sehingga masing-masing peserta kenduri sedekah bumi satu dan lainnyaq saling mengikuti kelomkpoknya.
Ternyata, masih kata Mastur, hal itu mempunyai makna khussus bagi mereka yang sadar bahwa pososi mereka di kokmpleks, adalah pendatang yang tujuannya mengkais rezeki di kompleks tersebut. Karena itu ketika modin yang membacakan doa cukup panjang, maka kelompok perempuan pwendatang dan penghuni kompleks tersebut, langsung berebut makanan.
Hal itu memang disengaja, bahwa sehingga makanan yang disajikan di tempat itu sengaja dibatasi dengan maksud mengingatkan kepada para perempuan penghuni kompleks, bahwa tujuan kedatang mereka memang bekerja, untuk mengkais rezeki, sehingga harus pandai-pandai membawa diri, karena yang berebut rezeki di tempat ini jumlahnya cukup banyak.
Dengan demikian, dalam hal saling berebut rezeki ini yang perlu digarisbawahi, masing-masing harus berhemat, dan hasil bila dirasa sudah cukup, harapannya mereka bisa mengkhiri pekerjaan yang tidak selaanya akan terus dijalani. ”Itulah dalam sedekah bumi tersebut mereka selalu diigatkan, silakan berebut rezeki, di kompleks LI, sehingga setiap saat mereka bisa meninggalkan lorong itu,”ibu Mastur (sn)