Kondisi alur Kali Juwana di hilir maupun di hulu Jembatan Tanjang di Desa Tanjang, Kecamatan Gabus Pati saat puncak musim kemarau seperti sekarang sulit dibedakan mana yang alur kali dengan bantaran yang menjadi lahan garapan warga sekitar.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Turun tangannya pemerintah pusat yang melaksanakan normalisasi alur Kali Juwana dengan alokasi anggaran puluhan miliar rupiah, diperkirakan tetap menyisakan masalah. Sebab, normalisasi dipuasatkan di kawasan hilir hingga muara yang selama ini mengalami pendangkalan cukup parah.
Sedangkan di kawasan hulu mulai dari jembatan di jalan raya Juwana-Rembang hingga perbatasan dengan wilayah Kabupaten Kudus pernah dilakukan normalisasi secara bertahap. Akan tetapi sekarang kondisinya kembali memprihatinkan, karena alur kali berubah menjadi sempit karena faktor pendangkalan.
Terjadinya tanah timbul di tengah alur kali akibat tingginya tingkat sedimentasi, kata beberapa petani di sekitar alur kali tersebut, dimanfaatkan menjadi lahan untuk bercocok tanam berbagai jenis sayuran. Sehingga dari satu sisi memang warga sekitar diuntungkan, tapi di sisi lain para petani pemilik lahan berupa areal persawahan menjadi kebingunan dalam upaya mendapatkan air.
Padahal, sebenarnya di musim kemarau alur Kali Juwana masih menyimpan sisa-sisa air buangan dari hulu. ”Akan tetapi hal itu hanya terbuang percuma, dan jika air laut pasang berubah asin sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam,”ujar salah seorang di antara mereka, Noto.
Hal tersebut, katanya lebih lanjut, air buangan di alur kali itu masih bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk bercocok tanam padi di musim kemarau seperti sekarang. Apalagi, untuk areal persawahan yang selama ini diolah untuk ditanami padi sepanjang alur Kali Juwana juga cukup luas, sehingga untuk menaikkan air ke areal persawahan bisa dilakukan dengan cara dipompa.
Syaratnya, air buangan dari hulu harus bisa terhimoun dengan kedalaman tertentu dan bila musim kemarau tidak berubah menjadi air asin karena bercampur dengan air laut saat pasang. Karena itu harus ada sarana dan prasarana yang mengaturnya, yaitu benfung kembang-kempis untuk memisahkan air asin dari air tawar.
Rencana memasang bendung tersebut sejak Tahun 2016 sudah pernah dengar akan dipasang di alur Kali Juwana sekitar Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, tapi sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. . Jika hal itu bisa segera diwujudkan, maka alur kali tersebut bila kemarau tetap akan memberi manfaat bagi para petani.
Dengan kata lain, pemasangan bendung tersebut sebenarnya bisa menjadi skala prioritas karena saat musim hujan nanti bendung bisa dilepas. ”Mudah-mudahan harapan kami para petani bisa menjadi kenyataan, karena bila musim hujan terjadi limpasan air dari alur Kali Juwana kami juga menanggung dampaknya, banjir,”imbuh Noto.(sn)