(SN/dok-sat)
SAMIN-NEWS.COM PERINGATAN dini ! Setiap saat pasti akan datang dentang ”lonceng kematian” bagi para awak media ”online” khususnya di Pati yang jumlahnya puluhan. Kematian tersebut bukan karena tertutupnya mata atau tersumbatnya mulut mereka oleh sebuah tirani, melainkan karena pola pikir dan pola laku mereka sendiri.
Sebab kondisi kebebasan berpikir dan berpendapat saat ini, termasuk menyatakan pendapat di depan umum dijamin undang-undang. Akan tetapi sebagai awak media yang dituntut dengan pola kerja cepat, tepat, dan akurat dalam menyajikan tulisan-tulisannya dalam bentuk apa pun justru tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Karena itu sehari-hari mereka lebih cenderung ”bermain-main” di lingkaran media sosial, sambil minum kopi, dan berikutnya menentukan sasaran objek dalam tanda petik. Sehingga mereka lebih banyak menutup mata atas peristiwa yang seharusnya ditulis sebagai karya jurnalistik, tapi justru lebih utama membuka telinga lebar-lebar sebagai modal.
Dengan mendengar selentingan informasi, kendati itu hanya sepotong maka objek sasaran pun sepertinya sudah didapat. Demikian pula, meskipun mata dibuka hanya cukup dipicingkan seperti memakai kacamata kuda, tapi hal itu bagi mereka sudah cukup untuk melihat apa yang harus dilihat, sehingga tidak butuh kejelasan lebih.
Jika mulut mereka harus tersumbat, hal itu akibat sikap yang delalu enggan melakukan wawancara dan bertanya pada narasumber tentang hal-hal yang pada dasarnya memang tidak diketahui. Sebab, untuk menyandang sebutan sebagai awak media dengan kondisi tekonologi informasi yang serba canggih, mereka merasa tidak perlu harus sulit-sulit berproses menulis berita.
Semua dilakukan cukup melalui sher-sheran atau cukup dengan istilah jeruk minum jeruk atau bahasa apa lainnya, berita sewaktu-waktu sudah siap dipubliskan. Sehingga awak media yang bersangkutan tidak pernah tahu maupun mengenal, siapa sumber berita yang dikirimkan melalui medianya, maka jangan heran jika ada satu objek berita sisi penulisannya sama, serta fotonya pun tak jauh berbeda.
Tak mengherankan pula, mereka juga masih bisa menyandang sebagai awak media ”online” dengan segala kebanggaannya. Hal itu akan terus berlanjut ketika sistem kehumasan di lembaga-lembaga pemerintah juga tiap hari selalu memberikan share-shareran berita siap saji, atau cukup kopipaste alias jeruk minum jeruk.
Hanya mereka lupa, pola kebijakan seperti itu suatu saat akan terhenti mendadak dan seketika ketika dipandang tidak perlu lagi untuk terus menerus dilakukan. Inilah saatnya dentang lonceng kematian tiba! (Ki Samin)