Yang Tercecer dari Pilkada Serentak di Pati; Catatan Akhir Tahun (2)

Hasil PILKADES Serentak Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal

SAMIN-NEWS.com, Pati – DINAMIKA warga dalam mengambil dan memutuskan bersama untuk kepentingan yang terbaik dalam memilih pemimpin di desanya melalui pemilihan kepala desa (pilkades), kini benar-benar mulai terasa geregetnya. Yakni, semua warga yang mempunyai hak pilih bisa menjaga dan menciptakan ketenangan di lingkungan masing-masing.

Selebihnya, kendati pilkades adalah identik dengan pesta demokrasi di pedesaan tapi hiruk-pikuk antar pendukung calon bisa ditiadakan. Hal itu tentu berkat kesepakatan di antara para calon yang memang sudah paham bahwa memilih kepala desa itu, adalah keputusan mutlak warga yang saat ini paham benar mana calon yang layak dipilih dan sebaliknya.

Hasilnya secara keseluruhan bisa dirasakan dari hasil pilkades serentak di Kabupaten Pati, di akhir Tahun 2019 yang layak menjadi sebuah catatan kendati masih ada satu tahapan yang mengundang kerawanan. Yakni, pasca pemilihan ini memunculkan kelompok-kelompok pendukung maupun pihak-pihak ketiga yang mencari keuntungann untuk memancing di air keruh.

Maksudnya, bagi kelompok pendukung calon yang kecewa karena calon yang dijagokan tidak terpilih tapi faktor penyebabnya terjadi selisih perolehan suara yang sangat tipis. Contoh kasus ini terjadi di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, di mana dua dari tiga calon perolehan suaranya selisih tipis 3 suara, yaitu calon dengan nomor urut 2 Salim (680 suara) dan rivalnya Miko (yang terpilih) dengan 683 suara.

Selama calon nomor urut 2 bisa menempatkan rasa legawa bersama para pendukungnya atas hal tersebut, yaitu siap kalah dan siap menang tentu pasca pemilihan akan menjamin kondisi warga tidak terganggu hiruk-pikuk munculnya kelompok yang besar kemungkinan menyoal hal tersebut. Jika sepanjang yang ditempuh adalah sebuah dinamika untuk mencari titik terang dan kebenaran bahwa dalam penghitungan suara, hasil akhir memang memunculkan selisih suara yang sangat tipis.

Jika itu adalah kondisi dan fakta sebenarnya, semisal selisih satu suara saja maka calon yang lebih unggul tentu tetap sebagai calon terpilih dan calon pemenang dalam pilkades tersebut. Karena itu, sebelum kelompok-kelompok kepentingan mencari fakta kebenaran dalam dinamika sebuah pilkdes, tentu lebih baik jika melakukan kajian-kajian secara maksimal tentang selisih hasil penghitungan suara yang relatif tipis itu.

Munculnya banyak dinamika masyarakat pada dasarnya, adalah karena  mereka ingin memilih dan mempunyai pemimpin di desa yang benar-benar berkualitas. Karena itu, ketentuan yang ditetapkan pemerintah tidak mengizinkan/melarang tampilnya calon tunggal adalah sudah tepat, sehingga jika yang hendak tampil lagi adalah mantan kades setempat maka yang bersangkutan mencari rival dengan menampilkan calon. baik istri maupun suami.

Sedangkan dinamika calon untuk memecah konsentrasi pemilih sekiranya mendapatkan satu lawan yang menurut perhitungan pesaing berat, maka biasanya calon yang bersangkutan juga menempatkan calon bayangan yang tak lain adalah istri mereka sendiri. Akan tetapi jika dalam proses perjalanannya kemudian calon rival kekuatannya dinilai tidak maksimal, maka calon bayangan pendamping setelah ditetapkan sebagai calon mengundurkan diri.

Hal itu tidak hanya terjadi di Desa Winong, Kecamatan Kota Pati tapi dinamika ini muncul pula di Desa Sokopuluhan, Kecamatan Pucakwangi, salah satu dari tiga calon setelah ditetapkan kemudian mengundurkan diri. Yakni, calon nomor urut 3 atas nama Siti Atmini yang menghadapi rivalnya Abdul Kholiq dan Sujani.

Hasil akhir, yang bersangkutan tetap sebagai calon akhirnya hanya berhasil mengantongi perolehan (2 suara). Sedangkan calon nomor urut 1, Abdul Kholiq memperoleh (1.230 suara) dan calon nomor urut 2, Sujani (1.698 suara) dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) 3.543, yang hadir 2.956, tidak hadir 587, suara sah 2.930 dan tidak sah 26.

Dinamika lain tentu masih banyak  bermunculan ketika proses pilkades berlangsung secara serentak di banyak desa, tapi sampai sekarang tetap memunculkan situasi kondusif di masing-masing desa pasca pemilihan. Bahkan ada desa yang mempunyai kelompok pemilih dengan menamakan diri ”Semut Hitam” pun berhasil mengantar seorang calon memenangkan pemilihan di salah satu desa di Kecamatan Juwana. Ada-ada saja….!!(bersambung).

Previous post Yang Tercecer dari Pilkades Serentak di Pati ; Sebuah Catatan Akhir Tahun (1)
Next post Dalam Empat Hari Rekanan Benar-Benar Tuntaskan Pekerjaan Gedung Bappeda

Tinggalkan Balasan

Social profiles