SAMIN-NEWS.com, PATI – Sedikitnya 22.000 ton beras serapan hasil pengadaan Tahun 2019 lalu hingga kini belum tersalurkan, sehingga masih menumpuk di gudang Bulog Sub-Divre Pati. Kondisi tersebut benar-benar memprihatinkan, karena selama ini para personel di Bulog sub-divre setempat sudah berupaya keras melakukan penjualan beras secara langsung ke berbagai pihak yang membutuhkan.
Hal itu menyusul setelah pemerintah melalui Kementrian Sosial tidak lagi melibatkan Perum Bulog dalam penyaluran bantuan pangan nontunai (BPNT), sehingga pengadaan material utamanya beras untuk keperluan tersebut tidak lagi dilayani oleh pihak Bulog. Sehingga beras serapan pengadaan Bulog tidak bisa tersalurkan.
Ditanya berkait hal tersebut sesuai perpisahan Kepala Gudang Bulog 201 di Margorejo, Pati, Djuhari yang memasuki masa purna tugas, Kepala Bulog Sub-Divre Pati, Yonas Haryadi Kurniawan tidak mengelak seraya menambahkan hal itu memang benar-benar memprihatinkan. Apalagi, katanya lebih lanjut, pihaknya yang sudah berupaya keras melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen yang membutuhkan juga tidak banyak menolong.
Terbukti, beras serapan hasil pengadaan Tahun 2019 lalu hingga sekarang masih sebanyak 22.000 ton masih menumpuk di gudang. ”Sedangkan pembeli jika tidak mendapatkan beras yang benar-benar berkualitas baik dari Bulog, ternyata tidak bersedia sehingga menghadapi hal tersebut harus benar-benar menjaga kualitas agar bisa tetap maksimal,”ujarnya.
Padahal, katanya lagi, untuk bisa menjaga kualitas beras dalam kapasitas cukup banyak di gudang tentu bukan hal mudah, dan bahkan penuh risiko semisal harus menghadapi serangan hama. Karena itu, pihaknya sampai sekarang tetap berupaya untuk melakukan penjualan agar tumpukan beras dalam gudang yang sudah tidak tepat lagi jika disebut stok persediaan pangan.
Sebab, kebutuhan pangan di masyarakat sudah terlewati dan lagi pula masyarakat penerima manfaat sudah mendapat BPNT dari pemerintah. Di sisi lain sebentar lagi juga sudah memasuki musim padi hasil tanam pada musim tanam (MT) pertama, sehingga yang perlu dijaga adalah stabilitas harga jual gabah para petani.
Apalagi dalam kesempatan panen raya, biasanya harga jual gabah petani akan mengalami penurunan sehingga Bulog biasanya harus terjun langsung sebagai penyeimbang harga. Akan tetapi, sampai sekarang pihaknya belum mengetahui apakah pada musim panen raya MT pertama ini, Bulog masih harus melakukan pembelian gabah petani atau tidak.
Semua itu tentu masih menunggu bagaimana kebijakan pemerintah pusat, tapi bagaimana dengan sisa beras hasil pengadaan Tahun 2019 itu mau dikemanakan. ”Jika harus membeli lagi produksi panenan petani, tentu harus bisa diproses menjadi beras dan beras tersebut harus bisa disalurkan, tidak kembali menumpuk di gudang seperti sekarang,”tandasnya.