SAMIN-NEWS.com, PATI -Menurunnya sedikit curah hujan baik di kawasan Lereng Muria maupun Pegunungan Kendeng utara, selama dua hari terakhir ini berpengaruh pada ketinggian air di alur Kali Juwana. Untuk sementara hal itu disambut sedikit lega oleh para petani di kawasan alur kali tersebut, baik di wilayah Kecamatan Margorejo, Pati, dan juga di Kecamatan Gabus.
Paling tidak untuk saat ini tanaman padi mereka yang rata-rata sudah berumur lebih dari satu bulan, masih selamat dari ancaman banjir yang bisa datang setiap saat di musim penghujan seperti sekarang. Sehingga itu menjadi hal biasa karena banjir kiriman dari hulu selama ini memang tidak bisa dicegah maupun dihindari.
Menurunnya sedikit ketinggian air alur Kali Juwana, dari pantauan Samin News (SN) di kawasan hilir yang selama ini perkampungan warga menjadi langganan genangan air, seperti Desa Kosekan, Tanjang, Babalan hingga Banjarsari sendiri, praktis di areal persawahan petani yang semua sudah tertanami padi, memang tidak terdapat genangan air berlebihan. Itu artinya, tanaman padi mereka masih aman.
Jika sementara mereka menyatakan demikian karena sewaktu-sewaktu genangan air bisa kembali terjadi, tergantung kondisi curah hujan di Muria maupun di Kendeng. ”Demikian pula, ancaman tergenangnya tanaman padi bisa terjadi di bulan berikutnya, karena musim penghujan pun masih berlanjut paling tidak hingga Maret atau April mendatang,”ujar salah seorang petani di Desa Tanjang.
Kendati turunnya hujan berlanjut karena sedang musimnya, kata Tarjo (57) petani asal Dukuh Biteng, asal turunnya hujan itu normal maka seluruh warga di sepanjang alur Kali Juwana tetap aman. Sedangkan harapan mereka tanaman padi hasil jerih payahnya pun tidak harus terendam air karena saatnya panenan tidak terjadi luapan glontoran air dari hulu.
Dengan kata lain, banjir bagi warga di pinggir kali itu adalah hal biasa tapi datangnya saja yang diharapkan agar tidak bersamaan saat tanaman padi hasil jerih payahnya siap panen. Menyangkut waktu panen yang tidak bisa tetap, karena hal itu tergantung kondisi tanaman awal yang biasanya tergantung pada ketersediaan air hujan.
Sedangkan alternatif yang selama ini dilakukan warga di pinggir kali, adalah menggunakan mesin pompa air. Akan tetapi, itu pun tergantung kondisi air yang tersedia di alur kali tersebut, karena untuk alur Kali Juwana setiap musim kemarau itu pasti asin, sehingga baru bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanaman setelah turun hujan.
Karena kondisi serba merepotkan tersebut, akhirnya menjadi hal biasa sehingga menghadapi ancaman datangnya banjir pun menjadi hal biasa pula. ”Jika banjir terjadi setelah selesainya panen padi musim tanam (MT) pertama, itulah harapan para petani agar bisa menikmati hasil jerih payahnya,”imbuh dia.