Lajur Sisi Utara JLS Sudah Dibuka Untuk Arus Lalulintas dari Barat

Saat perbaikan oprit Jembatan Penambuhan di ruas Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati yang ambles dan berlangsung hingga Sabtu (11/1) petang kemarin, sudah coba dibuka satu lajur untuk kendaraan dari barat.

SAMIN-NEWS.com, PATI – Selepas petang hari Sabtu (11/1) kemarin, dua lajur sisi utara Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati, kembali dibuka untuk kendaraan yang melintas dari barat (Jakarta). Hal itu menyusul selesainya perbaikan oprit Jembatan Penambuhan di ruas JLS tersebut yang beberapa waktu lalu ambles.

Dengan demikian, untuk ruas jalan dan jembatan baru JLS di dua lajur sisi utara kendaraan yang melintas tidak lagi dialihkan ke lajur sisi selatan. Lajur tersebut untuk melintas kendaraan yang datang dari timur (Surabaya), tapi sudah dibangun beberapa tahun sebelumnya baru menyusul lajur sisi utara yang diselesaikan Tahun 2019 lalu.

Untuk ruas JLS baru tersebut, kata salah seorang pelaksana lapangan rekanan pemenang tender proyek yang bersangkutan, Setro diikuti pembangunan tiga jembata. Masing-masing Jembatan Ngawen, Penambuhan dan Jembatan Langenharjo, di mana rata-rata bagian opritnya mengalami penurunan.

Hal itu terjadi setelah berlangsung turunnya hujan secara terus menerus, sehingga konstruksi pemadatan untuk tanah padas tak mampu menghadapi perembesan air, sehingga hal itu berdapak penurunan pada bagian oprit.”Untuk perbaikannya, khusus Jembatan Penambuhan bisa tuntas malam hari ini sehingga sudah bisa dibuka untuk semua kendaraan yang datang dari barat,”ujarnya.

Beberapa pemerhati konstruksi jalan dan jembatan , katika diminta tanggapannya secara terpisah mengatakan, jika konstruksi oprit jembatan sekarang masih terjadi ambles itu sama saja masih menggunakan konstruksi model lama. Yakni, pemadatannya hanya melulu menggunakan tanah padas/tanah urug ditambah sisa-sia material yang sudah tidak terpakai.

Material tersebut biasanya berupa pecahan batu sehingga bila diguyur air hujan, jika bagian yang masih berongga kemasukan rembesan air untuk tanah yang digunakan urukan terjadi penurunan. Setelah kendaraan melintas di atasnya, maka yang terjadi adalah oprit jembatan tersebut lama-lama mengalami ambles.

Kondisi tersebut bisa dihindari jika bagian oprit itu setelah dilakukan pemadatan dengan lapis penguat bawah (LPB) seharusnya diikuti diatasnya untuk diperkuat dengan konstruksi beton ketebalan minimal mencapai 25 cm. Hal itu akhirnya dilakukan untuk bagian oprit jembatann yang ambles.

Akan tetapi jika oprit jembatan lainnya tidak menggunakan konstruksi tersebut, seperti Jembatan Ngawen maupun Jembatan Langenharjo, maka risiko terjadinya penurunan/ambles pada bagian itu pasti akan terulang. ”Kendati bekasnya baru ditingkatkan lagi ketebalan lapisan aspalnya, tapi jika nanti dilewati kendaraan bermuatan berat di atasnya baru teruji kemampuannya,”kata salah seorang di antara mereka, Winarto.

Previous post Gusdurian; Meneguhkan Kembali Kebersamaan
Next post Wujud Kebersamaan Dalam Bersih-bersih Klenteng

Tinggalkan Balasan

Social profiles