Siapa Bilang Dukuh Biteng Banjir?

Hamparan tanaman padi muda yang menghijau di Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus, Pati yang tanpa ada genangan air, tapi  sebuah media online mewartakan kebohongan yang sulit dipertanggungjawabkan bahwa tanaman padi di dukuh tersebut saat ini terendam banjir.

SAMIN-NEWS.com,  PATI – Melihat struktur beritanya minimal ditulis oleh awak media, tapi isinya adalah kebohongan yang tidak bertanggung jawab karena berita tentang sebuah kejadian, di mana puluhan hektare tanaman padi di Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus, Pati, sejak Rabu (1/1) terendam banjir. Berita tersebut entah dicomot dari mana, tapi di dalamnya sebagai sumber berita adalah Kepala Dukuh setempat, Marzuki.

Berita tersebut  penulisnya jelas tanpa melakukan chek and rechek di lapangan, sehingga sama sekali tidak memahami sebuah logika sebuah peristiwa. Yakni, mengapa Dukuh Biteng selalu menjadi langganan banjir yang datangnya lebih awal dan berlangsung paling lama bila dibanding lokasi lain baru berakhir.

Ketika hal tersebut ditanyakan kepada beberapa warga, apa benar tanaman padi muda yang masih menghampar hijau tersebut tergenang banjir. Warga justru balik bertanya, itu berita dari mana karena mereka benar-benar mengharap agar tahun ini kendati turun hujan karna musimnya tapi tidak terlalu ekstrem agar Biteng terhindar dari banjir rutin kiriman.

Apalagi melihat tanaman padi muda yang rata-rata sudah berumur satu bulan, berarti harapan untuk bisa panen pada Maret atau April mendatang cukup besar, sehingga para petani sebenarnya sudah bosan dengan datangnya banjir kiriman. ”Karena itu, mudah-mudahan tahun ini banjir kiriman dari hulu bisa dihindari, sehingga kami bisa memanen hasil jerih payah kami,”ujar salah seorang di antara mereka, Patmo (35).

Disebutkan, untuk ketinggian air di alur Kali Juwana, hari ini sedikit mengalami kenaikan dibanding sejak hujan Rabu (1/1) lalu. Hal itu terjadi, karena tingginya curah hujan di kawasan Pegunungan Kendeng yang banyak hulu anak kali yang mengalirkan air ke Kali Juwana, tapi ketinggian airnya belum sampai limpas melewati tepi bibir kali.

Dengan demikian, posisi dan kondisi air tetap aman sepanjang kawasan hulu baik di lereng Pegunungan Kendeng maupun lereng Muria curah hujannya tidak terlalu tinggi. Jika kondisi itu yang terjadi, maka semua air hujan dari anak kali di ke dua lereng pegunungan tersebut masuknya ke alur Kali Juwana, maka banjir tak bisa dihindari.

Dampak dari kondisi itulah terjadinya banjir tak bisa dihindari, sehingga yang terkena dampak lebih dahulu adalah kawasan yang berada di pinggir alur kali tersebut. Karena itu, jika alur Kali Juwana belum limpas melampau batas bibir tepi alur kali atau melewati bantaran, ada yang menyebutkan Kali Juwana atau Pati banjir, jelas tidak memahami kondisi lapangan penyebab mengapa Pati terjadi banjir.

Lebih memprihatinkan lagi, kalau ada media yang sampai memberitakan peristiwa banjir yang biasa dialami warga seperti di Dukuh Biteng, itu adalah berita asal comot tanpa memikirkan dampak psikologis bagi warga yang selama ini tempat tinggalnya selalu menjadi langganan banjir kiriman bila musim penghujan. Hanya mengejar sensasi berita, tanpa pernah tahu dan paham bagaimana logika kejadiannya, itukah orang-orang yang menyatakan diri sebagai awak media?

Previous post Hujan di Awal Tahun Berkah Bagi Para Petani
Next post Bukti Belum Terjadinya Banjir di Dukuh Biteng

Tinggalkan Balasan

Social profiles