Warga Perkotaan Masih Gagal Memahami Keberadaan Dua Waduk di Pati

Kondisi air terakhir di Waduk Seloromo Gembong yang masih jauh dari kapasitas volume daya tampung sebanyak 9,5 juta meter kubik, kendati sudah musim penghujan.

SAMIN-NEWS.com, – SETIAP kawasan perkotaan di Pati digelontor air dari hulu kawasan timur-selatan Lereng Muria, warganya belum sepenuhnya memahami bagaimana fungsi Waduk Seloromo di Desa/Kecamatan Gembong dan Waduk Gunungrowo, di Desa Sitiluhur, kecamatan setempat. Tumpuan kesalahan tetap dialamatkan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati, karena selama ini yang memanfaatkan air waduk adalah warga Pati.

Padahal, yang berwenang atas kedua waduk tersebut adalah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana, dan dalam kondisi musim seperti ini justru waduk sesuai fungsinya adalah menangkap/menampung air hujan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, pada saat musim kemarau dan petani di kawasan hilir membutuhkan air untuk bercocok tanam baru dikeluarkan.

Berkait hal yang disebut terakhir, urusannya dengan pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), termasuk pendistribusian air sampai ke lahan para petani. Dengan kata lain, dalam kondisi seperti musim hujan seperti sekarang waduk sudah barang tentu secara maksimal berupaya manampung air hujan agar kapasitas volumenya bisa terpenuhi.

Karena itu, jika Selasa (14/1) pagi kemarin kawasan perkotaan digelontor air bukan berarti kedua waduk tersebut tidak berfungsi, sehingga derasnya air hujan yang berlangsung sejak sebelum subuh dinihari tidak tertampung melainkan air menggelontor ke hilir hingga menyebabkan kawasan perkotaan tergenang. Anggapan tersebut, jelas tidak benar karena justru pada saat seperti sekarang waduk melakukan pengisian.

Ini adalah kondisi air terakhir Waduk Gunungrowo, di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Pati dengan volume kapasitas daya tampung 5,5 juta meterkubik juga belum maksimal terisi.

Hal tersebut tak beda jauh dengan kejadian beberapa tahun sebelumnya, di mana kondisi wilayah perkotaan juga pernah digelontor air dari hulu menyusul derasnya hujan yang berlangsung semalaman. Saat itu muncul pendapat bahwa terjadinya gelontoran air cukup besar tersebut, karena pintu waduk dibuka.

Saat musim penghujan seperti sekarang, di mana pintu waduk jelas tidak pernah dibuka tapi begitu curah hujan yang cukup tinggi mampu mengisi waduk sampai penuh, maka air pasti akan limpas dan mengalir ke hilir karena bangunan waduk dilengkapi dengan fasilitas saluran pelimpah. Karena itu jika saluran pembawa maupun saluran pembagi dibagian hilir tidak mampu menampung limpasan tersebut, maka air akan membeludak ke mana-mana.

Demikian pula, gelontiran air yang terjadi Selasa pagi kemarin, adalah dampak tidak mampunya Bendung Semirejo yang lokasinya jauh dari kawasan Waduk Seloromo menampung air dari tingginya curah hujan di kawasan sekitarnya. Sehingga bendung tersebut tampungan airnya sampai limpas mencapai 50 cm, jadi bukan waduk tidak menampung air hujan karena lokasi bendung itu jauh berada di hilir waduk.

Kendati dari Bendung Semirejo, di bagian hilirnya masih ada Bendung Sani ternyata juga tidak mampu mengendalikan air dari hulu itu. Akibatnya, alur kali di bagian hilirnya seperti alur Kali Simo, Kali Sani, Kali Kersulo sudah barang tentu tak mampu juga menampung gelontoran air sehingga perkotaan pun kembali menjadi sasaran genangan.

Begitulah mengalirnya air dari hulu ke hilir, sehingga hutan maupun pepohon yang mampu menyerap air hujan di kawasan hulu, janganlah dirusak dan ditebangi untuk ditanamin tanaman semusim. Akan tetapi apa mau dikata, karena kondisi seperti itu adalah bagian dari budaya perilaku masyarakat kita. Benar-benar memprihatinkan…!!(Ki Samin)

Previous post Bahu Jalan di Ruas JLS yang Retak Dipasang Pengaman
Next post Halaman di Lingkungan Gedung Bappeda Baru Mulai Diratakan

Tinggalkan Balasan

Social profiles