SAMIN-NEWS.com JEPARA (SN) – Sebanyak 61 petugas medis yang berada di garda depan pelayanan kesehatan masyarakat di berbagai fasilitas kesehatan di Jepara, minta dilakukan Rapid Test. Sebab, banyak tenaga medis yang tertukar virus Corona (Covid-19) dari orang yang ditolongnya, dan bahkan ada yang justru menjadi korban.
Dengan demikian, hal tersebut dapat dilakukan antsipasi dan pengobatan lebih dini jika dalam melayani masyarakat merasa ada yang terpapar. Mereka antara lain petugas medis di RSUD RA Kartini, RS Graha Husada dan seluruh puskesmas, dan ke-61 petugas medis tersebut telah dilakukan Rapid Test pertama dan semuanya dinyatakan negatif, maka jika sudah ada alat tes akan segera dilakukan test kedua.
Juru Bicara Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Jepara, dr Fakruddin mengungkapkan hal tersebut dalam jumpa pers yang berlangsung di aula Kantor Diskominfo setempat, Jumat (17/4) kemarin. Jumpa Pers tersebut dipandu Kabid Komunikasi Diskominfo, Arif Darmawan.
Salah satu penyebab banyaknya tenaga medis yang terpapar virus tersebut, katanya lebih lanjut, adalah adanya pasien yang saat mulai diperiksa tidak berterus terang. Kasuis terakhir terjadi di RS Kariadi Semarang, di mana 46 dokternya dinyatakan positif Covid-19 hingga harus menjalani masa isolasi paling tidak selama 14 hari, sehingga hal itu sempat mengganggu kesehatan masyarakat lainnya.
Harapan para petugas medis, para pasien hendaknya bersedia berterus terang terkait dengan riwayat perjalanan dan kontak langsungnya. ”Para petugas medis tidak akan menolak walaupun pasien berasal dari daerah yang telah dinyatakan pandemi seperti Jakarta dan sekitarnya, sehingga sikap terus terang itu sangat diperlukan sebagai langkah antisipasi petugas medis,”ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Fakruddin, petugas medis menjadi salah satu prioritas pemeriksaan Rapid Test selain pasien orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang tanpa gangguan (OTG). Akan tetapi yang bersangkutan memiliki kontak erat dengan penderita Covid-19.
Saat ini di Jepara memiliki dokter sekitar 200 orang dan jumlah penduduk 1,2 juta sehingga 1 orang dokter harus melayani 6.000 orang. Karena itu jika ada satu dokter tidak bisa melayani maka yang dirugikan adalah 6.000 orang tersebut, maka permintaan Rapid Test untuk petugas medis terus berdatangan, baik dokter maupun perawat.
Akan tetapi semuanya belum bisa dilayani sebab keterlambatan alat yang ada, sehingga setelah peralatan tersebut datang mereka akan diprioritaskan. ”Saat ini masih ada sekitar 10 – 20 tapi itu dipersiapkan jika tiba-tiba saja ada kasus yang muncul,”imbuhnya.
Sementara itu penelusuran kontak erat atau yang dikenal dengan istilah tracing terhadap dua pasien positif Covid-19 di Krapyak dan Blimbingrejo semuanya dinyatakan negatif pada test pertama. Menurut Fakruddin, jumlah ini terdiri dari pasien di Blimbingrejo sebanyak 26 orang dan Krapyak 25 orang, serta pemeriksaan terhadap 10 keluarga inti kasus Krapyak dilakukan Jumat siang kemarin.(had)