Gimik Kartu Prakerja di Masa Pandemi Corona

BELUM lama ini pemerintah pusat mengumumkan besaran alokasi dana untuk penanganan wabah covid-19. Dari total 405,1 triliun yang digelontorkan pemerintah untuk penanganan wabah COVID-19, Presiden Jokowi mengalokasikan jaring pengaman sosial sebesar 110 triliun untuk masyarakat lapisan bawah. Sementara untuk kartu prakerja sendiri mendapat alokasi anggaran sebesar 20 triliun.

Uang itu diharapkan bisa berguna buat 5,6 juta terutama pekerja informal serta pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak Covid-19. Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) mengkritik tentang kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kali ini yang menurutnya kurang tepat sasaran dan salah regulasi saat menghadapi pandemi covid-19 seperti ini.

“Pekerja informal yang kehilangan pendapatan dan korban PHK butuh bantuan tunai, bukan dikasih pelatihan dulu,” ungkapnya dengan nada sarkas.
Program ini memang menyediakan pelatihan buat mereka yang lulus seleksi mendaftar di laman prakerja.go.id, dengan rincian insentif: bantuan pelatihan 1 juta, tunjangan bulanan 600.000 per bulan selama 4 bulan, dan insentif survei 150.000 per peserta. Totalnya 3.550.000. Dan sejauh ini pelatihan yang dimaksud akan berlangsung online.

Selain itu, menurut Bhima konsep pelatihan online itu tidak tepat sasaran karena akses digital yang belum merata. “Tidak semua orang punya smartphone dan laptop. Bagaimana dengan pedagang asongan, usaha mikro, pemulung? Ini kan enggak pas ya konsepnya,” tambah Bhima. “Akhirnya, yang benar-benar membutuhkan stimulus justru tidak dapat,” tambahnya.

Apa yang diungkapkan Bhima menurut saya ada benarnya. Bayangkan saja, orang yang terdampak covid-19 bukanlah orang yang tidak punya kemampuan dan belum bekerja sebelumnya. Jika memang bantuan tersebut diperuntukkan pekerja informal serta pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak Covid-19, seharusnya bukan seperti itu regulasinya.
Saya sendiri sempat mengobrol dengan salah satu pedagang angkringan di daerah Jalan Susanto, Pati terkait adanya kartu prakerja tersebut. “Halah mas, kita ini sudah bekerja. Ya meskipun pekerjaan kami cuma seperti ini tapi biasanya juga sudah cukup. Kami butuh uang tunai bukan pelatihan,” tuturnya.

Seharusnya saat ini pemerintah fokus membuat kebijakan yang efektik dan tepat sasaran, bukan membuat gimik seperti ini. Kalau hanya membuat gimik, Uya Kuya di acara televisi juga bisa…

Previous post E-Koran Samin News Edisi 10 April 2020
Next post Hari Ini Kompi Brimob Pati Peduli Warga Terdampak Corona

Tinggalkan Balasan

Social profiles