SAMIN-NEWS.com, PATI – Di tengah-tengah situasi pandemi virus Corona (Covid-19), warga Bendar, Kecamatan Juwana sepakat untuk meniadakan berbagai macam hiburan dalam memeriahkan acara tradisi Sedekah Laut. Yakni, ungkapan rasa syukur para nelayan setempat yang masih tetap bisa melakukan kegiatan melaut menangkap ikan, dan ikan hasil tangkapannya pun bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Karena itu, selain acara tradisi ritual melarung sesaji ke laut yang dijadwalkan Minggu (31/5), untuk acara ritual lainnya adalah Sedekah Bumi. Sebab, bumi juga menjadi tempat bermukim seluruh warganya, sehingga perlu disedekahi dengan ungkapan rasa syukur secara berurutan dengan pelaksanaan Sedekah Laut, meskipun harus di tengah-tengah situasi pandemi Covid-19.
Akan tetapi, kata salah seorang tokoh perempuan desa setempat, Ny Sulis, ketika diminta tanggapannya berkait hal tersebut mengatakan, rangkaian acara tradisi tersebut dilaksanakan dengan pembatasan-pembatasan. ”Tujuannya tak lain agar di Bendar tak jadi pusat kerumunan masyarakat dalam jumlah lebih banyak, seperti dalam pelaksanaan Sedekah Laut di tahun-tahun sebelumnya,”ujarnya.
Demikian pula, katanya lebih lanjut, sore ini warga sudah harus menggelar kenduri untuk Sedekah Bumi, hal itu biasanya dibagi di dua lokasi. Masing-masing warga yang domisilinya di blok selatan melakukan kenduri di balai desa setempat, dan yang di blok utara di Punden Mbah Tunggulwulung yang lokasinya di luar permukiman warga yang tinggal di sisi utara.
Hal itu bukan bertujuan untuk membedakan, tapi hanya semata-mata mengingat jaraknya yang dari blok selatan harus ke Puden Mbah Tunggulwulung terlalu jauh. Demikian pula jika yang dari blok utara harus ke balai desa, maka diambil jalan tengah untuk kenduri sedekah bumi warga yang bersangkutan di tempatkan di punden tersebut.
Kendati demikian saat ini terjadi perubahan yang tak lain agar kedua tempat tersebut tidak menjadi tempat berkumpulnya warga, maka kenduri sedekah bumi dilaksanakan dirumah masing-masing cukup diamini lima atau enam orang secara bergantian. ”Demikian pula yang ziarah ke punden Mbah Tunggulwulung maupun melarung sesaji juga dibatasi, maksimal enam orang panitia,”imbuh Ny Sulis.