TANGGAL 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional tiap tahunnya. Tidak terkecuali dengan hari ini, meskipun sedang ditengah pandemi corona seperti sekarang. Ditengah pandemi sorot pemberitaan selalu tertuju pada nasib buruh yang kehilangan pekerjaan dan penghasilannya, namun kita sering kali melupakan nasib anak yang menjadi obyek maupun subyek pendidikan ditengah pandemi seperti sekarang ini.
Covid-19 tentu membuat semua orang terdampak. Tidak hanya orang dewasa saja, anak pun juga bisa dipastikan merasakan dampaknya pula. Kita mulai saja dengan nasib pendidikan mereka selama pandemi, bagi mereka yang tinggal dikawasan perkotaan dan bersekolah di sekolah yang memang sudah siap dengan sistem daring, tentu hal ini tidak menjadi sebuah permasalahan besar.
Tapi coba tengok dikawasan pedesaan yang jauh dari modernitas. Mulai akses internet yang sulit, keterbatasan gadget, hingga orang tua yang dalam tanda kutip bisa disebut ‘Gaptek’. Seperti di beberapa sekolah swasta di Kecamatan Cluwak pati, saat sekolah mulai diliburkan saya sempat berbincang dengan salah satu Guru BK di MTs Matholiul Huda Desa Karangsari, Cluwak. Ia menyebut bahwa kegiatan belajar mengajar memang berhenti total sejak adanya pandemi.
Tentu hal tersebut adalah masalah yang sangat serius, bayangkan saja jika kegiatan belajar mengajar harus terhenti sampai berbulan-bulan. Biasanya libur lebaran saja hanya 2 Minggu, lha ini libur corona akan berapa lama? Kita semua tentu tidak mengerti dan hanya bisa menerka saja. Tentu dinas terkait juga perlu memikirkan solusi akan hal tersebut dan jangan hanya mengandalkan laporan saja. Sampean-sampean juga perlu meninjau langsung sekolah-sekolah di pedesaan lho pak…