SAMIN-NEWS.com PATI (SN) – Ziarah kubur atau zuara ke makam leluhur banyak terjadi saat sehari menjelang Puasa Ramadan atau saat Lebaran. dalam hal itu tidak hanya dilakukan kaum lelaki tapi perempuan juga ikut serta termasuk anak-anaknya. Karena itu, wajar jika menjelang puasa banyak kalangan ”piyayi” atau sekarang dengan sebutan aparatur sipil negara (ASN) banyak yang ambil cuti untuk kepentingan yang juga disebut ”nyadran.”
Apalagi, ”nyadran” secara tradisi juga dianggap sebagai bentuk bakti para anak terhadap orang tua yang juga punya nilai filosofi ”mikul dhuwur mendhem jero.” Sehingga secara turun-temurun hal tersebut takan akan lekang oleh zaman dan juga tak akan lapuk oleh hujan, baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Untuk sisi positifnya, secara lahiriah orang akan melihat dan memandang bahwa siapa saja yang sering berziarah ke makam leluhur itu anak yang bakti pada orang tuanya. Di sisi negatifnya, adalah bila di kalangan ASN yang notabene adalah abdinya negara itu kalau cuti untuk nyadran biasanya diikuti dengan kebiasaan mengambil waktu cuti berkepanjangan, sehingga sering mengabaikan hak disiplin kerja.
Terlepas dari hal tersebut, sudah beberapa tahun terkahir ini untuk ziarah ke makam leluhur setiap menjelang puasa maupun saat Lebaran peziarah tidak sekadar membawa bunga pewangi untuk di kuburan. Akan tetapi, ada di antara mereka yang datang memang khusus untuk mendoakan sehingga pihak pengurus makam ada yang menyediakan buku kecil berisi bacaan doa, sehingga peziarah tinggal menanfaatkan.
Seperti di makam Ngalaban, Desa/Kecamatan Wedarijaksa, Pati, pihak pengurus makam tidak hanya sekadar menyediakan buku-buku kecil berisi lafalan doa, tapi juga menyediakan tempat duduk ukuran kecil dari kayu. Tempat duduk ini lazim disebut dingklik pendek yang hanya cukup untuk duduki satu orang, dan yang lain juga bisa memanfaatkan fasilitas sama karena disediakan cukup banyak.
Tujuan dari penyediaan tempat duduk tersebut tak lain, agar peziarah saat berdoa atau membacakan doa di depan makam tidak perlu jongkok bisa duduk di atas tempat duduk dingklik kecil itu. Jika sudah selesai harus mengembalikan lagi di tempat semula, seraya yang tidak sampai hati pun secara sukarela mengisi kotak amal yang tersedia.
Akan tetapi bagi yang masa bodoh, selesai itu pun langsung balik kanan meninggalkan makam. ”Sebab mereka merasa tidak membutuhkan fasilitas yang disediakan pengurus atau penjaga makam, karena kedatangan mereka berziarah di makam tersebut tidak harus diabsen atau mendaftarkan diri, seperti kalau berzuarah di makam-makam yang dikeramatkan,”ujar salah seorang di antara mereka yang mengaku bernama, Suluri juga asal Desa/Kecamatan Wedarijaksa, Pati.