Tak Pernah Mendapat Bantuan Sosial, Puwanti Mengaku Hanya di Data Saja

SAMIN-NEWS.com, PATI – Semenjak tahun 2018 yang lalu hingga sekarang 2020 ini sudah ada dua tahun berjalan. Namun selama itu pula pendataan hanyalah tinggal nama pendataan karena tak kunjung terrealisasi bantuan program keluarga harapan (PKH) dan lain sebagainya. Kondisi ini dialami oleh Purwanti (42) warga Desa Kutoharjo, rt/rw, 4/4 Kecamatan Pati/Pati.

“Tahun 2018 yang lalu pernah didata dari petugas PKH setempat. Petugas saat itu survey ke rumah kami bersama dengan salah satu warga yang telah mendapat bantuan PKH itu. Ya, lihat kondisi tempat tinggal bagaimana, serta pekerjaan kesehariannya apa,” ucapnya pada Saminnews, Jumat (8/5/2020).

Artinya selama dua tahun berjalan ini pendataan maupun survey terbilang lamban dalam penerapannya. Karena, selama itu pula tak ada informasi yang jelas tentang statusnya apakah masuk data keluarga penerima manfaat (KPM) ataukah tidak pantas. Akan tetapi, jika melihat rumah serta pribadinya sekarang ini yang seorang janda Menghidupi kedua anak serta ibunya, seyogyanya pihaknya menjadi prioritas mendapat bantuan sosial PKH, bantuan pangan nontunai (BPNT), maupun bantuan lain.

Selain itu, pernah suatu ketika pihaknya diminta dari perangkat desa untuk mengisi blangko basis data terpadu (BDT). Adalah sistem data elektronik yang berisi nama, alamat, NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan keterangan dasar sosial ekonomi rumah tangga dan individu. Akan tetapi, dirinya mengaku untuk apa data tersebut, hanya disuruh mengisi oleh perangkat desa, kata dia.

Basis Data Terpadu ini merupakan big data (data besar), yang mana nantinya data tersebut akan dimanfaatkan untuk pengusulan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) baik itu PKH, RASTRA, KIP, KIS dan masih banyak lagi program yang akan memanfaatkan data tersebut.

Bantuan sosial yang sumbernya meski beragam, akan tetapi selama ini saking tak pernah mendapat, pihaknya tak tahu membedakan jenis-jenis bantuan satu persatu. “Kok ada yang mendapat uang serta sembako, tapi ada yang  hanya mendapat sembako. Tapi kalau bantuan langsung tunai dari desa (BLT DD) itu 600 ribu tahu lihat pak presiden yang mengumumkan,” tambahnya.

Kondisi demikian, sangat perlu diperhatikan karena yang saat ini kebetulan ada wabah pandemi corona virus yang menimbulkan gejolak ekonomi masyarakat lesu. Ini berdampak pada kondisi ketahanan ekonomi keluarga. Selanjutnya bisa saja hal ini juga turut dirasakan oleh Purwanti, terlebih sebagai seorang janda mengasuh 2 anaknya serta ibunya yang sudah lanjut usia.

Perlu diketahui, rumah Purwanti terlihat sederhana. alasnya belum keramik alias masih beralas tanah, sedangkan untuk dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedek). Kalau menilik kriteria program bedah rumah dengan menggunakan asas ‘Aladin’ (alas, atap, dinding) hal ini sudah selayaknya mendapat prioritas program bedah rumah.

Previous post Petani Mulai Menyedot Air untuk Membasahi Tanaman Padi Miliknya
Next post Kekuatan Media Sosial dalam Isu Kiamat 15 Ramadhan

Tinggalkan Balasan

Social profiles