SAMIN-NEWS.com, PATI – Hari ini Kamis (5/6) adalah bertepatan dengan hari tanggal 5 bulan 5 Tahun Imlek merupakan hari yang bertepatan dengan meninggalnya Menteri Qu Yuan dari Kerajaan Chu. Menteri tersebut terpaksa mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke Sungai Miluo, karena sedih yang berkepanjangan akibat dianggap para koleganya melakukan kesalahan telah meracuni Sang Raja, tapi tidak pernah disidangkan atas tuduhan tersebut.
Karena itu bagi rakyat yang setia dan juga mengetahui duduk perkara sebenarnya juga sudah berang tentu merasa kesedihan mendalam atas meninggalnya Menteri Qu Yuan, orang yang paling setia kepada raja dan juga pada negaranya. Sehingga ketika Kerajaan Chu oleh para koleganya diharuskan bergabung dengan Kerajaan Chin, menteri itu dengan tegas menolak karena hal tersebut sangat membahayakan Kerajaan Chu.
Begitulah kilas cerita sejarah asal mula terjadinya ”Nyadran” kesetiaan yang dipaparkan warga Suku Tionghoa Peranakan, Eddy Siswanto yang mencoba mengkilas kembali berlangsungnya perayaan Hari Raya Pehcun. Hari raya tersebut secara turun temurun pernah diselenggarakan warga keturunan di Juwana, tapi sudah bertahun-tahun pula tradisi budaya peninggalan leluhur itu sudah tidak lagi diperingati.
Mengingat hal tersebut, maka hari ini, katanya lebih lanjut, seluruh klenteng yang ada di Juwana dan Pati menyelengarakan sembayang dalam ”Nyadran” kesetiaan itu. Kesetiaan bagiaimana seorang menteri yang dianggap bersalah tapi tidak pernah diadili justru memunculkan kesedihan berkepanjangan dan akhirnya terpaksa harus bunuh diri, dan kesetiaan atas apa yang diyakini bahwa tindakan menteri mengambil keputusan itu dianggap sebagai hal benar pun masih dikenang sampai sekarang.
Bahkan, lanjut Eddy Siswanto, ketika Menteri Qu Yuan sudah menceburkan diri ke sungai tapi tidak diketahui di mana jenazahmya, maka para rakyat yang setia sebagai pengikutnya juga ada yang ikut-ikutan bunuh diri dengan cara yang sama. Untuk menghindarkan agar jenazah menteri dan para pengkutnya agar jangan sampai dimakan oleh ikan maupun udang, maka pengikutnya yang setia pun ada yang yang membuat nasi bungkus berbentuk kerucut.
Bentuk bungkus nasi seperti itu tak jauh berbeda dengan bentuk bambu berisi air garam yang dibuat oleh menteri untuk memberikan konsumsi garam kepada rajanya. Sedangkan pemberian nasi bungkus yang dikemas model kerucut itu dikenal dengan sebutan bakcang, dan sesuai perkembangan zaman dibuat dengan banyak macam termasuk kue-kuenya.
Tujuannya tak lain, bakcang itu sengaja ditaburkan ke sungai atau ke laut oleh orang-orang yang setia dan masih mencari jenazah menteri, termasuk para nelayan. Mereka berharap agar jenazah menteri dan para pengikut setianya, agar dimakan oleh ikan maupun udang sehingga sebagai gantinya ikan dan udang itu memakan nasi atau bakcang yang ditebarkan tetsebut.
Dari tradisi yang sudah membudaya itu maka hari meninggalnya Menteri Qu Yuan diperingati sebagai hari raya dengan ”Nyadran” kesetiaan, serta dimeriahkan dengan penebaran bakcang di sungai. Bersamaan itu pula dilangsungkan karamaian Pehcun dengan perahu naga yang dikemudikan oleh 100 orang, dan dimeriahkan pula dengan lomba menangkap itik di air.
Di sisi lain ada hari tanggal 5 bulan ke 5 tersebut berdasarkan perhitungan astrologi, bahwa antara posisi bumi dan matahari dalam posisi sejajar sehingga menimbulkan daya saling tarik menarik, sama kuatnya. ”Dengan demikian, sebagai upaya pembuktiannya adalah meletakkan telur yang berbentuk oval tersebut ternyata bisa berdiri tegak, maka bagi yang tertarik mempelajarinya hari ini dipersilakan mencoba,”papar Eddy Siswanto.