Mau Bakar Sate di Hari Raya Idul Adha Tak Perlu Repot Bikin Tusuknya

SAMIN-NEWS.com, PATI – Musim ramainya pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idhul Adha yang pasti berlangsung tiap tahun terlepas dari situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, ada warga yang bisa mengais sedikit rejeki dari usahanya yang sudah bertahun-tahun ditekuni. Yakni, sebagai pembuat dan penyedia tusuk (sujen) sate, baik sate kambing, sapi maupun sate kerbau.

Akan tetapi daging hewan yang disebut terakhir ini,  di Kabupaten Pati jarang ada yang memotong baik di hari-hari biasa maupun  saat hari raya, dan tentu lain halnya dengan kabupaten tetangga, Kudus. Padahal jika dihitung lebih cermat, harga seekor kerbau memang lebih mahal dibanding harga seekor sapi, tapi daging dari penyembelihan hasilnya bisa lebih maksimal.

Terlepas dari hal tersebut, bagi penyedia dan pembuat kelengkapan material untuk membakar sate pada saat Hari Raya Idul Adha bagi Mbah Surati adalah menbjadi harapan tersendiri karena paling tidak orang yang mengetahui tempat dia menyediakan barang dagangannya ini ada rasa tertarik untuk membeli. ”Hanya sampai saat ini, khusus pembeli tusuk sate berjumlah begitu banyak karena Hari Lebaran Kurban masih satu minggu lagi,”ujarnya.

Mbah Surati, warga Dukuh Gambiran, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati penyedia tusuk (sujen) sate dan juga tangkai makanan sempolan dan pentholan.(Foto:SN/aed)

Barang kali, lanjut nenek yang sudah puluhan tahun menekuni pembuatan tusuk sate atau sejak semasa suaminya masih hidup, apa yang disediakan untuk para pembelinya pasti diminati. Sedangkan untuk mencari alamatnya juga tidak sulit, karena kebetulan rumahnya di pinggir jalan dukuh setempat, atau jika dari Masjid Gambiran (utara) adalah kiri jalan, dan jika dari selatan di sisi kanan jalan.

Saat melintas di jalan tersebut, tumpukan tusuk sate maupun gagang makanan sempolan dan pentholan sudah pasti kelihatan karena jumlahnya cukup banyak, dan hal itu dia bersama anaknya memang menerima titipan dari para pembuatnya. Untuk harga satu ikat tusuk sate isi 100 harganya juga cukup murah, hanya Rp 1.700 sehingga jika membeli sampai 10 ikat atau isi 1.000  hanyalah Rp 17.000, dan bahkan membeli dalam jumlah banyak harganya masih diturunkan lagi hanya Rp 16.000.

Padahal untuk membuat tusuk sate maupun gagang pemegang makanan dari bahan daging lainnya juga cukup njelimet mulai dari memotong dan membelah bambu sesuai ukuran, kemudian merautnya agar tidak terlalu membahayakan. Akan tetapi, harga untuk gagang makanan sempolan maupun pentholan per ikat hanya Rp 2.000, isi 100 atau Rp 20.000 per 10 ikat.

Untuk barang dagangan dari bambu ini dia tidak khawatir kalau sampai tidak laku, karena pembelinya datang dari Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso dan juga Tayu. ”Bahkan pembeli dari Kudus juga banyak,”imbuh Mbah Surati.

Previous post Bermanfaat Besar, Pohon Randu di Desa Payang Justru Ditebangi
Next post Tiga Paket Peningkatan Ruas Jalan Lagi-lagi Tidak Ada yang Menawar

Tinggalkan Balasan

Social profiles