SAMIN-NEWS.com, PATI – Ratusan pegiat seni di Kabupaten Pati menggelar doa bersama agar pandemi corona virus desease (Covid-19) segera diangkat dari Bumi Mina Tani khususnya dan nusantara umumnya di Alun-alun Pati. yang sekaligus meminta pemerintah daerah untuk mengijinkan pentas guna membuka kegiatan hiburan, Kamis (9/7) pukul 09:00 wib pagi tadi.
Bagi seniman, bulan-bulan ini merupakan musim panen baginya. Akan tetapi, tidak diperbolehkan menggelar pentas yang sifatnya mengumpulkan banyak orang menjadi kerumunan massa. Sementara itu, sektor profesi lain yang sifatnya juga ada keramaian masih diperbolehkan untuk buka.
Koordinator aksi doa bersama Ajisaka mengungkapkan bahwa dampak dari tidak diperbolehkannya pentas oleh seniman ketoprak khususnya ditaksir hingga mencapai 316 miliar. Padahal, personil pemain ketoprak minimal 55 anggota.
“Ada 48 grup ketoprak yang sudah terdata atau tertulis. Dan setiap grup minimal 55 orang anggota. Padahal, bulan-bulan ini dari Syawal, Apit, Besar (sebutan kalender Jawa, red) kita sedang ramainya. Dan kami hitung kerugiannya mencapai 316 miliar,” kata Ajisaka.
Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut itu kerugian hingga miliaran rupiah. Padahal kami tidak muluk-muluk, kami hanya minta untuk itu (pentas hiburan). Kita hanya menghendaki diperbolehkan untuk pentas di masa new normal ini, tambahnya.
Sementara itu, pihaknya menilai dimasa pandemi ini juga banyak aktifitas lainnya yang sifatnya keramaian diperbolehkan untuk tetap buka. “Swalayan masih buka, pasar juga boleh dengan menjaga protokol kesehatan, cafe diperbolehkan, mall pun juga boleh juga ngapunten (mohon maaf, red) LI yang konotasinya menjual tubuh dan diri masih tetap buka, itu kan gak adil,” tegasnya.
Dengan demikian, pihaknya meminta agar seniman juga diperbolehkan untuk melakukan aktifitas. Dan juga ketika harus menggunakan protokol kesehatan, pihaknya mengungkapkan para seniman juga siap untuk mentaati. Yang pada intinya, seniman murni menjual kreatifitas, inovatif yang menjadi tuntunan.
Ajisaka menyebut bahwa pemerintah selaku pangarso yang mengurus orang kecil, harus bisa memberi keadilan. Sebab, masa panen ini tidak diberikan akses untuk mengadakan pentas. Justru, kegiatan lainnya ada yang diperbolehkan, ini yang kurang adil terhadap pegiat seni.
“Lha seperti Lorong Indah (LI) yang berjualan diri itu masih buka, mbok yo (harusnya, red) kami juga diberikan ijin juga. Jika hal ini tetap tidak diperhatikan, maka hingga 4 (empat) bulan ke depan, ekonomi akan lebih terpuruk lagi,” pungkasnya.