Yang Lepas Perhatian di Pasar Hewan

SAMIN-NEWS.com, PATI – Barangkali tidak banyak yang memperhatikan atau tidak perlu memperhatikan, bahwa di lingkungan Pasar Hewan ini banyak hal-hal unik yang berlangsung atau terjadi di saat hari pasaran. Dahulu, sebelum banyak angkutan truk perpindahan hewan sapi maupun kerbau milik pedagang harus dituntun dengan menempuh jarak cukup jauh, seperti dari Pasar Pon (Winong) ke Pasar Wage (Margorejo) dan berikutya berakhir hari pasaran Kliwon (Kudus).

Nama orang yang menuntun hewan tersebut disebut ”penggereg”, di mana per orang bisa sekaligus menuntun  lima ekor dengan berjalan kaki dari pasar hewan satu ke pasar hewan lainnya, karena jika sapi yang dituntun meskipun sudah laku pasti akan mendapat order pekerjaan dari pedagang lainnya.  Dengan demikian, mereka bisa berhari-hari tidak pulang menghabiskan waktunya di pasar hewan, tapi hasil yang didapat sebagai ”penggereg” tentu lumayan.

Sedangkan hal lain yang sudah menjadi hal umum di pasar itu, adalah banyaknya para perantara atau bahasa lain dari makelar maupun comblang. Sebab, jika ada calon pembeli  orang tersebut sudah bisa memilihkan hewan yang kira-kira pantas dengan melihat isi kantong para pembeli yang bersangkutan, kemudian makelar tersebut menghubungi pemilik yang hendak menjual hewan piaraannya .

Karena itu, calon pembeli harus pandai berkelit dalam menawar harga sapi maupun kerbau dan kambing yang ditunjukkan makelar tersebut. Sebab, orang itu biasanya sudah mematok harga sendiri tapi sebelumnya juga sudah menanyakan atau tawat menawar dengan pemilik barang dagangan itu, dan biasanya makelar untuk satu ekor hewan akan dijual biasanya lebih dari dua atau tiga orang.

Dengan kata lain, ikut memegang saja jika hewan itu laku terjual pasti orang tersebut akan minta bagian, maka calon pembeli sejak awal harus menegaskan sikap bahwa harga sesuai kesepakatan adalah harga bersih. Melalui penegasan tersebut, maka pembeli tidak akan terbebani biaya tambahan untuk makelar yang awalnya hanya mendengar dan ikut memegang badan maupun kepala dan ekor hewan tersebut.

Sedangkan hal yang tidak banyak diminati orang lain, adalah penuntun hewan jarak pendek antara tambatan menuju ke kendaraan pengangkut yang saat ini sudah cukup banyak, sehingga tidak perlu lagi memberi upah kepada penuntun jarak jauh. Di Pasar Hewan Margorejo ini, ternyata hanya ada satu orang, tapi khusus penuntun jarak pendek untuk  kerbau.

Namanya Marno (60), warga Desa/Kecamatan Margorejo yang menekuni pekerjaan sampingan itu sejak pasar hewan masih di lokasi lama yang sekarang menjadi Plasa Pragola. Sebab, pekerjaan sehari-hari di luar hari pasaran Wage adalah bertani, sehingga pada hari pasaran tersebut jika sedang mujur untuk mengantongi  penghasilan Rp 100.000 bukan hal sulit.

Apalagi, seperti sekarang atau menjelang Hari Raya Idul Adha, kerbau yang masuk ke Pasar Hewan Margorejo sudah ada 25 ekor, dan yang laku sebanyak 15 ekor. ”Dengan demikian untuk menuntun hewan tersebut menuju kendaraan pengangkut tentu lumayan, karena satu ekor saya mendapat upah Rp 10.000,”ujarnya.

Previous post Tradisi Suronan di Kajen Pati Tak akan Digelar
Next post Potensi Bentang Alam Pertanian Pati

Tinggalkan Balasan

Social profiles