SAMIN-NEWS.com PATI – Tahun ini (2020) Kabupaten Pati tidak hanya semata-mata surplus pangan dari hasil panenan padi, tapi mengawali musim kemarau basah ini juga melimpah panenan palawija, utamanya kacang hijau. Khusus yang disebut terakhir merupakan hasil tanam usai panen padi pada musim tanam (MT) II, sekitar Juni lalu.
Dengan demikian, bagi petani yang ganti menanam palawija jenis itu sehabis panen padi MT II sampai saat ini juga masih menunggu panenan palawija, kacang hijau yang mereka tanam. Sebab, kacang hijau mereka tanam ada yang pada bulan Juli lalu sehingga masih banyak yang menunggu hasil panenannya pada September mendatang.
Hal tersebut dibenarkan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Muhtar Effendi, menjawab pertanyaan, Selasa (18/8) tadi pagi, tapi dengan catatan sepanjang hujan tudak terus menerus di musim kemarau basah ini, maka tanaman kacang hijau akan bisa maksimal. ”Selebihnya, tanaman tersebut juga terbebas dari serangan hama ulat,”ujarnya.
Menjawab pertanyaan, Muhtar Effendi menambahkan, asumsi produksi kacang hijau tahun ini (2020) untuk areal tanamnya seluas 11.251 hektare. Asumsinya jika panenan sama dengan luas tanam, sehingga jika provitas (2019) hasilnya 11,79 kuintal per hektare maka produksi seluruhnya akan menghasilkan 13.266 ton.
Di Pati areal tanaman kacang hijau terbanyak terdapat di lima wilayah kecamatan, masing-masing di Kecamatan Gabus mencapai 2.780 hektare, Kecamatan Tambakromo (2.413 hektare), dan Kecamatan Winong seluas (1.670 hektare). Selebihnya ada di Kecamatan Jakenan (1.563 hektare) dan Kecamatan Kayen seluas 1.273 hektare.
Karena masa panen palawija tersebut terjadi di wilayah kecamatan yang bersangkutan, maka harga jual saat awal panenan masih terhitung bagus, karena bisa mencapai rata-rata Rp 15.000 per kilogram. ”Akan tetapi beberapa hari terakhir ini, harga jual di tingkat petani mulai menurun tinggal Rp 11.000 per kilogram,”imbuh Muhtar Effendi.