SAMIN-NEWS.com, PATI – Keberadaan suatu pabrik memang merupakan suatu hal sebagai unit penopang aktivitas perekonomian, baik itu oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar. Lantas berdampak luas yang memunculkan geliat perekonomian terasa lebih mobile. Pasalnya, pabrik menjadi sentral kegiatan produksi.
Akan tetapi, yang tidak boleh dilupakan dari pabrik perusahaan adalah sejauh mana dapat mengelola limbah berbahaya dari yang dihasilkan terhadap aktivitas produksi. Pun dalam hal ini juga perlu diterapkan pabrik manapun berada. Yang tak terkecuali Pabrik Gula (PG) Pakis PT Laju Perdana Indah.
Dimana pada pabrik tersebut saat ini masih dalam waktu produksi giling tebu. Sehingga, mau tak mau tiap hari beraktivitas produksi tebu untuk diubah ke dalam bentuk gula. Akan tetapi, dalam proses produksi terdapat kepulan asap yang membumbung tinggi keluar melalui cerobong yang telah disediakan oleh pihak pabrik gula Pakis.
Dalam penglihatan dari kejauhan, tentu masyarakat luas bisa menyaksikan sendiri kepulan asap atas produksi tebu itu. Yaitu terdapat dua cerobong lebih tinggi dari bangunan pabrik itu sendiri. Serta, warna asap yang keluar dari cerobong itu bisa dinilai masih belum maksimal dalam pengelolaan limbah, terutama asap putih cenderung kehitaman.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Purwadi mengungkapkan pengelolaan limbah asap jika dikelola secara maksimal tidak akan membahayakan lingkungan ekosistem disekitarnya. Namun, jika kurang maksimal tentunya berbanding terbalik dari yang seharusnya diharapkan.
“Kalau pengelolaan limbah (asap) itu dikelola dengan baik tidak berbahaya untuk lingkungan. Tetapi sebaliknya, kalau dibiarkan atau masih belum maksimal juga akan berpengaruh tidak baik kepada ekosistem,” ucapnya kepada Saminnews, Selasa (11/8/2020).
Sementara itu, asap yang kehitaman itu menunjukkan pengelolaan melalui sarana yang dimiliki masih perlu dimaksimalkan. Hal ini berkaitan dengan pencemaran udara segar disekitar pabrik gula Pakis. Bisa jadi, asap tersebut dibarengi dengan debu-debu yang beterbangan. Juga, disebutkan bahwa sarana Pengolah limbah dalam kondisi pernah terbakar sehingga memungkinkan belum maksimalnya limbah asap tersebut.
“Belum maksimal, karena di Pabrik Pakis sebelumnya terjadi kebakaran. terus perbaikan, jadi belum sempurna pengelolaannya,” tandas Purwadi.