Topeng Monyet dari Waktu ke Waktu

SAMIN-NEWS.com, PATI – Saat melihat seekor kera yang bisa diajak berkomporomi untuk bekerja oleh tuan maupun pelatih yang sekaligus juga pemiliknya, maka sepintas terlintas pertanyaan,”benarkah ini nenek moyang dari segala awal lahirnya  bangsa manusia di dunia. Hal tersebut bila mengacu pada Teori Evolusi sebagaimana ditulis Charles Robert Darwin dalam bukunya On the Origin  of Species (1859).

Akan tetapi teori bahwa semua spesies dari kehidupan telah diturunkan dari waktu ke waktu dan nenek moyang bersama tersebut, pernah menjadi perdebatan para ilmuman yang pro dan kontra. Bahkan sampai sekarang, akhirnya pun tenggelam tak kedengaran lagi yang memunculkan hal tersebut di kalangan sesama ilmuwan, atau bahkan barang kali yang tak bisa dipungkiri ternyata seekor monyet selamanya adalah tetap seekor monyet yang tidak pernah berevolusi.

Terlepas dari hal tersebut jenis monyek memang termasuk jenis binatang yang cerdik dan licik, tapi masih lebih cerdik orang-orang yang menjadi tuannya. Sebab, binatang tersebut ketika dilatih oleh pemiliknya dengan tekun, dan bahkan juga disertai dengan hukuman jika sering melakukan kesalahan, seperti tidak diberi makan, atau bentuk hukuman lainnya maka hasil akhir ternyata binatang itu bisa dikaryakan.

Terbukti, binatang itu bisa diajak bekerja dan memnghasilkan uang dengan cara pentas (mbarang) atau mengamen di mana saja, dan hal tersebut menjadi kesenangan bagi anak-anak yang menontontonnya. Karena itu, jenis binatang ini setelah diajak bekerja keliling, untuk ngamen yang lebih dikenal dengan tontonan ”topeng monyet” atau ”ledhek kethek”, paling upahnya hanya diberi makan oleh majikannya.

Sedangkan setiap pentas dengan iringan gamelan minimalis, maka monyet itu akan mematuhi aba-aba atau perintah majikannya. Untuk pemberian nama, jika monyet itu berkelamin jantan pasti dipanggil Sariman, dan sebaliknya jika betina diberi nama Sarinan, sehingga perintah majikannya didahului untuk monyet betina Sarinah akan ke pasar.

Karena itu, Sarinah harus berdandan atau bersolek di depan kaca kemudian berangkat ke pasar membawa bakul  dan payung, atau banyak model tampilan sesuai kepandaian dari hasil melatihnya. Demikian pula yang jantan dengan dipanggil Sariman, memikul kayu atau gaya yang lain dengan memakai topi, dan juga topeng.

Previous post Pendekatan Sains dan Spiritual di Masa Pandemi
Next post Kekeringan Air Bersih, BPBD Droping di Desa Kedungmulyo

Tinggalkan Balasan

Social profiles