Bendera Darurat Dewa Obat Keluar di Tengah Situasi Pandemi Covid-19

SAMIN-NEWS.com, PATI – Dalam pelaksanaan Sembahyangan ”King Hoo Ping” atau Sembahyagan Rebutan, atau Sembahyangan Arwah, dan juga disebut Ulambana, Sabtu (5/9) siang tadi, Kelenteng Hok Tik Bio Pati mengeluarkan bendera hitam. Bendera tersebut hanya dikeluarkan dari kelendengan saat situasi dan kondisi darurat.

Khusus hal yang disebut terakhir, kata sesepuh Kelenteng Hok Tik Bio di Kompleks Pecinan Pati, Eddy Siswanto, karena sejak Februari lalu hingga sekarag bangsa di Republik ini, termasuk di Kabupaten Pati, didera situasi pandemi penyebaran virus Corona (Covid-19). Ternyata sampai sekarang, situasi darurat penyebaran virus Corona ini belum juga berakhir, maka dalam setiap sembayangan ritual seperti sekarang maka upaya memohon kepada ”Thian” atau Tuhan Yang Maha Esa melalui Hian Thian Siang Tee selalu dilakukan.

Harapannya tak lain, agar bangsa ini dan juga warga di Kabupaten Pati bisa segera terebebas dari virus ini, dan yang tengah menderita sakit terpapar virus tersebut juga segera diberikan kesembuhan. ”Karena kita mempunyai Dewa Obat, maka sudah selayaknya jika dalam meminta pertolongan ini kami maksudkan sebagai perantara atau penyampai, dan mudah-mudahan secepatnya bisa dikabulkan,”ujarnya.

Suasana ritual sembayangan rebutan di Kelenteng Hok Tik Bio Pati yang biasanya ramai oleh pengunjung, berlangsung dalam serba keterbatasan di tengah situasi pandemi Covid-19.

Di sisi lain, lanjutnya, untuk ritual sembahyangan rebutan ini, karena berlangsung di tengah situasi pandemi virus Corona (Covid-19), maka acara rebutan beragai jenis makanan dan sandang sengaja ditiadakan. Sebagai gantinya, pihak kelenteng akan membagikan beras sebanyak 6 ton kepada siapa saja yang berhak langsung dari rumah ke rumah, dan hal itu akan secepatnya dilakukan karena King Hoo Ping ini baru dimulai Rabu (2/9) lalu atau tanggal 15 bulan ke-tujuh Imlek 2571.

Pada taggal tersebut dimulai ritual sembahyangan di rumah-rumah, dan bagi yang tidak mempunyai kesempatan sembahyangannya dilakukan secara bersama di kelenteng-kelenteng hingga berakhir pada Rabu (16/9) atau pada tanggal 29 bulan ke-tujuh tahun Imlek 2571. Sedangkan ritual lainnya dalam sembahyangan tersebut, adalah seperti biasa para arwah juga dibuatkan replika rumah dan juga diberikan tumpukan visualisasi uang kertas.

Barang-barang tersebut, tadi siang sekitar pukul 13.00 semuanya dibakar di halaman atau  pelataran Kelenteng Hok Tik Bio. ”Harapnnya, dengan keluarnya bendera hitam atau bendera Dewa Obat (Hian Thian Siang Tee) semoga saja masa pandemi Covid-19 segera berakhir,”papar Eddy Siswanto.

Previous post Para Pekerja Proyek Tambat Kapal Terganggu Debu Bertebaran
Next post Kades Tambahsari Izinkan Sembilan Warganya Dilakukan Swab Test

Tinggalkan Balasan

Social profiles