Ini adalah saluran irigasi Pangkalan yang memanjang di pinggir jalan raya Juwana-Tayu dan puluhan tahun lalu merupakan penyuplai air untuk kebutuhan para petani, baik di musim penghujan maupun kemarau sehingga para petani seperti di Desa Pangkalan, Bulumanis, dan Pohijo maupun Langgenharjo, dan Kertomulyo, Kecamatan Margoyoso yang mempunyai areal persawahan sepanjang musim bisa memanen padi. Akan tetapi seiring dengan berkurangnya minat warga bercocok tanam padi, mereka memilih membuka usaha lain, tapi tempat usahanya justru memanfaatkan lahan di lambiran saluran hingga sekarang, baik mulai dari desa-desa di wilayah Kecamatan Trangkil ke selatan hingga wilayah Kecamatan Wedarijaksa, dan termasuk sebagian warga di wilayah Kecamatan Juwana.
Akibatnya saluran tersebut yang mengarah keselatan sudah mengalami kerusakan, karena banyak kegiatan masyarakat yang memanfaatkan tidak hanya sekadar lahan lambiran saluran, tapi juga menutup saluran sehingga hal tersebut suatu saat pasti akan memunculkan permasalahan tersendiri karena di lokasi sepanjang itu juga sudah banyak berdiri bangunan rumah tinggal dan tempat usaha permanen. Sedangkan sisa panjang saluran yang di ujung utara tak jauh dari alur Kali Pangkalan, kini masih dimanfaatkan oleh warga petani di Desa Sidomukti, Pangkalan, Pohijo dan sekitarnya untuk menampung air limbah tapioka (lindur) yang dimanfaatkan untuk bercocok tanam padi, tapi air lindur tersebut juga membawa kulit ari ubi kayu yang dikupas masuk ke dalam saluran tersebut, dan hanya bisa dihilangkan dengan cara dibakar bila kulit ari itu sudah kering.
(Foto:SN/aed)