SAMIN-NEWS.com, PATI – Terpuruk dalam posisi tawar saat harus menjual garam hasil produksinya di musim kemarau bagi para petani garam di Pati, adalah hal biasa karena hal itu sudah bukan barang baru bagi mereka. Di mana saat musim panen garam, maka harga jualnya di tingkat petani benar-benar sangat memprihatinkan, yaitu per kilogram hanya Rp 250.
Dengan demikian, kondisi itu benar-benar membuat para petani berpikir untuk menyikapi hal tersebut, salah satunya adalah berhenti serentak berproduksi. Hal tersebut sangat didukung dengan kondisi cuaca, di mana beberapa sore maupun malam hari belakangan ini sudah mulai turun hujan, sehingga bisa dipastikan para petani tidak bisa berkelit menghindar.
Di sisi lain, dalam upaya menyikapi terpuruknya harga jual garam grosol saat musim panenan sepertri sekarang, ungkap beberapa petani, hal itu tidak bisa dilepas begitu saja kepada para pedagang pengumpul. ”Karena itu, para petani saat ini juga mulai menyikapinya dengan menampung produksi garamnya untuk disimpan,”ujar salah seorang di antara mereka, Bianto, warga Desa Pecangaan, Kecamatan Batangan.
Dengan kata lain, lanjutnya, jika petani bisa menahan untuk tidak menjual produksi garam dari lahan tambaknya, sebenarnya bisa diupayakan. Akan tetapi yang sulit justru di tingkat para pemadak atau penggarap lahan yang tentu dengan syarat bagi hasil, sehingga kalangan pemadak ini di sisi lain didesak untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena itu, garam bagi hasil itulah yang saat ini harus dijual dan harga jualnya memang tidak maksimal mengingat banyak garam yang baru selesai dipanen dari lahannya. Lain halnya jika produksi garam itu bisa disimpan barang tiga atau sampai empat bulan ke depan, dan saat sudah benar-benar memasuki musim penghujan, barang kali akan ada perubahan penawaran harga dari para pembeli saat hendak dijual.
Sabagaimana yang saat ini dia lakukan, adalah menimbun produksi garam di tempat penyimpanan yang beratnya tidak kurang dari 150 ton. ”Hanya saja risikonya jika harus menimbun garam di musim penghujan, maka terjadinya penyusutan yang sangat maksimal tidak bisa dihindari, karena pertimbangan itulah barang kali petani pun tak mau berisiko,”imbuhnya.