Warga AS Ramai Hijrah ke Selandia Baru, Berminat ?

DALAM masa pandemi yang sedang menghantam seluruh pelosok negeri, muncul fenomena baru di Amerika Serikat. Muak dengan penanganan pandemi yang asal-asalan di negaranya, dokter beserta tenaga medis di Negeri Paman Sam tersebut berbondong-bondong pindah ke Selandia Baru.

Hal tersebut sesuai dengan laporan dari Global Medical Staffing. Berdasarkan laporan mereka, sejak awal masa pandemi terjadi peningkatan pertanyaan mengeni pekerjaan di Selandia Baru, dan pekerja medis asal AS yang sudah keburu menetap di Selandia Baru bersikeras meminta kontrak kerja mereka diperpanjang, meski bayarannya lebih sedikit.

“Banyak yang tertarik pindah ke Selandia Baru karena terkesan dengan respon positif negara tersebut pada pandemi covid-19,” ucap Chad Saley, Juru Bicara Global Medical Staffing.

Beberapa waktu yang lalu, sang presiden dan 37 orang di jajaran staf Gedung Putih divonis positif covid-19, memantik kepanikan di pemerintahan. Bahkan Trump keluar dari RS meski belum ada diagnosa negatif covid-19, tampil di acara publik tanpa mengenakan masker, dan bersikeras melanjutkan kampanye jelang Pilpres 2020.

Sementara itu, sebuah kondisi berbanding terbalik jika kita menengok Selandia Baru. Per 16 Oktober 2020, negara itu “hanya” mencatat 1,880 kasus covid-19 aktif, dan “hanya” 25 kematian. Perdana Menteri Jacinda Ardern dan kabinetnya banyak dipuji karena respons mereka yang cepat tanggap dan tegas untuk menghentikan penyebaran virus. Selandia Baru memberlakukan lockdown ketat selama lima minggu, menutup perbatasan, memperluas kapasitas penanganan fasilitas medis mereka, dan meningkatkan kapasitas tes covid-19. Hasilnya, covid-19 hampir sepenuhnya ditaklukkan di negara tersebut.

Dengan kondisi demikian, tentu bukan hal yang mengherankan jika banyak orang dari AS yang menyatakan ketertarikannya untuk pindah ke Selandia Baru.
Dalilah Restrepo, dokter asal New York mengaku bahwa ia pun pindah ke Selandia Baru karena muak dengan kultur “sistem kesehatan di AS yang amat toksik.”

Menurutnya, ia dan rekan sejawatnya tak sekali-dua kali melihat pasien yang belum sepenuhnya sembuh gagal mendapat penanganan medis karena tak mampu membayar tagihan. Sebaliknya, Selandia Baru menyediakan layanan kesehatan gratis untuk semua penduduknya, sehingga pekerjaan sebagai dokter lebih berorientasi pengabdian sosial, bukan “upaya mencari uang.”

Pihak Pemerintah Selandia Baru pun mengakui adanya ketertarikan warga AS untuk pindah ke negaranya tersebut. Bahkan pencarian dengan kata kunci “cara pindah ke Selandia Baru” pun naik drastis di Google setelah debat capres antara Donald Trump dan Joe Biden.
Sebenarnya fenomena tersebut cukup menarik, bahkan mungkin bagi warga Indonesia. Bagaimana tidak? Seperti kita ketahui bahwa penanganan covid-19 sendiri juga terbilang masih cukup jauh dari kata layak. Apalagi ditambah lagi dengan carut marut Ombibus Law kemarin, sepertinya ide untuk pindah ke Selandia Baru bisa kita sisipkan dalam daftar keinginan ketika kondisi Indonesia masih tak menentu seperti ini.

Previous post Siswa SMA N 1 Bae Raih Juara III KSN Tingkat Nasional
Next post Baznas Pati Berikan Bantuan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni di Jaken

Tinggalkan Balasan

Social profiles