Orang awam sekali pun tetap akan bertanya-tanya setelah melihat saluran pembuang (drainase) yang dibangun di daerah milik jalan (DMJ) ruas Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati yang letaknya di sisi selatan akses ruas JLS tersebut, karena melihat kondisi saluran itu airnya akan dialirkan ke mana juga tidak jelas mengingat pada batas ujung saluran itu sudah merupakan lahan persawahan milik petani setempat. Akibatnya, jika nanti saluran pembuang tersebut sudah harus menampung dan membuang air hujan, maka pertanyaannya air hujan itu akan dibuang ke mana, karena petani pemilik lahan it jika menjadi alternatif buangan air dengan dalih tidak disengaja, jelas pasti tidak bisa menerima karena kondisi lahan sawahnya pasti akan menjadi tempat genangan air, sehingga jika hal itu nanti benar-benar terjadi maka sudah pasti akan memunculkan permasalahan tersendiri.
Belum lagi saluran bagian hulu lainnya dari saluran pembuang itu juga selalu menjadi sasaran tempat pembuangan aneka sampah, termasuk sisa-sisa potongan ranting dan cabang pohon yang dianggap menjadi pengganggu jaringan kabel listik, sehingga begitu petugas melaksanakan perimbasan pohon yang tak pernah bisa tumbuh rimbun, maka membuang ribasan pohon itu juga langsung ke dalam saluran pembuang tersebut. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa nasib kondisi saluran pembuang di pinggir ruas JLS Pati ini hanyalah sekadar pantas bahwa namanya ruas jalan memang harus dilengkapi saluran pembuang, tapi fasilitas yang dibangun dengan biaya yang sudah barang tentu cukup mahal ternyata hanyalah sekadar asal-asalan, karena yang penting ada ketimbang tidak.
(Foto:SN/aed)