SAMIN-NEWS.com, PATI – Belum genap sepekan salah seorang perangkat Desa Sinoman, Kecamatan Pati, meninggal dan harus dimakamkan dengan standar protokol Covid-19, Minggu (29/11) siang ini ibu almarhum pun menyusul. Sebelum meninggal almarhumah, dan juga putranya yang perangkat desa itu juga sama-sama dirawat di Rumah Sakit (RS) Keluarga Sehat Hospital (KSH).
Karena itu, Tim Pemakaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang baru selesai melaksanakan pemakaman sesi kedua, di Tempat Pemakaman Khusus (TPK) Kristen di Ngagul, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, harus bersiap-siapa lagi berpindah tempat di Desa Sinoman, Kecamatan Pati. Pemakaman jenazah seorang perempuan, ibu dari almarhum perangkat Desa Sinoman tersebut mulai dimakamkan pada pukul 13.00.
Dalam kesempatan itu, hadir di lokasi pemakaman adalah Kepala Desa Sinoman, Triyono, didampingi salah seorang perangkat desa lainnya, yaitu Kepala Seksi (Kasie) Pelayanan yang sebelumnya disebut Modin. ”Dengan meninggalnya ibu dari Pak Perangkat kami ini, maka di RS KSH Pati, masih dirawat satu perangkat kami yang lain, yaitu Pak Sekdes,”ujarnya.
Mudah-mudahan, harapnya, kondisi yang bersangkutan mulai membaik setelah hampir dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Bahkan, pihaknya pun sudah meminta agar tenaga kesehatan (nakes) yang menanganinya benar-benar melaksanakan tugas secara maksimal untuk melakukan penyembuhan pasien yang tak lain adalah Sekdes Sinoman.
Terlepas dari hal tersebut, untuk situasi pemakaman almarhumah ibu almarhum perangkat Desa Sinoman ini dalam persiapannya menghadapi beberapa kendala, di antaranya adalah lubang pemakaman yang sebelum digunakan selalu ambrol. Hal tersebut memang disebabkan karena kondisi struktur tanah berupa lumpur hitam, tapi mudah lepas dari ikatan komponen tanah lainnya.
Karena itu, untuk menghindari ambrolnya lubang makam, maka pada sisi kiri dan kanan dipasang anyaman pagar bambu. Akan tetapi yang jadi masalah, pagar tersebut mencuat agak tinggi di permukaan lubang, sehingga sebelum pengurukan/penutupan lubang makam penuh, pagar bambu pun dipotong bagian ujungnya sehingga bisa diuruk tanah dan tidak tampak lagi dari permukaan.
Terlepas dari hal tersebut, ketika mobil ambulan pembawa jenazah sedianya oleh para pelayat, termasuk Kades Sinoman Triyono, akan menshalatkan jenazah itu di ujung jalan masuk menuju lokasi makam. Akan tetapi karena gerimis mengguyur, maka shalat jenazah dilakukan di salah satu emper depan bangunan rumah/warung yang kebetulan sedang kosong, tapi dengan posisi peti jenazah tetap di dalam ambulans.
Selesai pemakaman jenazah almarhumah ibu almarhum perangkat desa yang meninggal Rabu (25/11) lalu sekitar pukul 14.00, tim kembali menerima perintah untuk melanjutkan lagi pemakaman sesi ke-4. Yakni, jenazah seorang laki-laki, warga Desa/Kecamatan Kayen, tapi mereka bisa memiliki sedikit waktu untuk sekadar minum siang hari atau sekadar makan nasi kucing di salah sebuah warung angkringan.
Sebab, masih ada sedikit waktu luang sambil menunggu kedatangan jenazah karena sebelum meninggal almarhum sempat dirawat di RSUP Dokter Kariadi di Semarang. ”,Jika perjalanan dari Pati ke Kayen menempuh jarak 17 kilometer dibanding menempuh perjalanan dari Semarang ke Kayen, tentu lebih dekat jarak yang kami tempuh,”lagi-lagi seloroh salah seorang di antara mereka yang akrab disapa Purnama.