SAMIN-NEWS.com, PATI – Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlidungan Anak dan Keluarga Berancana (Dinsosp3akb) Kabupaten Pati, Tri Haryumi menyoroti naiknya harga telur di pasaran. Pasalnya, harga telur ini pada momentum tertentu dinaikkan dari harga normal.
Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin, Tri Haryumi mengatakan jumlah telur sendiri menyesuaikan dengan harganya. Salah satu jenis komponen bantuan pangan nontunai ini sebagai pelengkap dari kebutuhan pokok.
“Biasanya antara 8 hingga 9 ya, tapi untuk yang kemarin itu 6. Telur kan sebagai pelengkap tergantung dari harganya,” katanya saat ditemui di kantornya kepada Saminnews beberapa waktu lalu.
Komponen telur ini adalah salah satu bahan yang diberikan pemerintah pusat maupun dari provinsi. Adapun dari pusat dalam bantuk Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), sedangkan provinsi Bantuan Sosial Nontunai (BSNT). Oleh sebab itu, Dinsos berharap bahwa harga tersebut tidak naik turun, lantaran sebagai bahan bantuan sosial.
Pihaknya menilai perubahan naik turunnya harga telur ini adalah langkah yang terencana. Sehingga ia berharap tidak ada upaya politisir dari pihak tertentu. Kondisi ini terjadi pada menjelang penyaluran bantuan sosial.
“Jadi jangan di politisir lah ya. Contoh telur ya, suatu ketika ada pencairan itu harganya dinaikkan. Itu sering, terutama telur ya harganya naik,” Haryumi menjelaskan.
“Itu mohon untuk distabilkan harganya, itu jangan sampai naik menjelang pencairan bantuan. Juga jangan sampai merugikan orang yang tidak mampu,” lanjutnya.
Haryumi menyebut kenaikan harga telur itu yang biasanya, katakanlah 22 ribu per kilogram. Sedangkan, pada saat pencairan harganya naik menjadi 24 ribu per kilogram. Ada kenaikan dua ribu, tapi dikalkulasi total kali berapa jumlah banyaknya, pungkasnya.