GELAK TAWA memang seringkali menjadi respon yang muncul begitu saja. Seperti dahulu kala Jan Ethes Srinarendra ikut menghadiri program tv Mata Najwa bersama dengan keluarga Jokowi yang lain yang begitu lucu dan mengundang gelak-tawa penonton.
Saat Jokowi sedang diwawancarai Najwa Shihab, bocah dua tahun itu tak ambil pusing. Ia tak peduli sang kakek sedang berhadapan dengan rentetan pertanyaan dan tatapan tajam dari sang pembawa acara. Dengan enteng ia menarik tangan Jokowi. Dengan suara lembut tanpa mau tahu, ia mengajak Jokowi bermain. “Ayo main, ayo main, main, main.”
Tingkah cucu pertama Jokowi itu tak bisa tidak disambut senyum dan tawa. Layaknya bocah-bocah lainnya dengan tingkah menggemaskan. Mengundang tawa dan bahagia.
Gelak tawa rasanya memang beragam versi dan variasinya, bukan hanya Jan Ethes saja yang mampu memancing tawa di negeri kita tercinta ini.
Selain tertawa dengan apa adanya dan tak dibuat-buat, ada pula tawa yang memang sengaja diciptakan karena “Ada apanya”. Seperti yang terjadi dengan Mantan Menteri Sosial kita yang beberapa waktu lalu ditangkap oleh KPK karena mengkorupsi dana bantuan sosial Covid-19.
Banyak yang mengutuk hal tersebut, namun tak jarang pula yang justru merespon dengan tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak melihat kondisi seperti ini. Terlebih jika kita kilas balik ke tahun 2019, Juliari Peter Batubara pernah berbicara tantang korupsi dan menyebut bahwa kejahatan tersebut besar kemungkinan dilandasi oleh kebutuhan dan keserakahan.
Lucu bukan?
Ia pun sempat menawarkan resep agar tak korupsi. Kuncinya adalah pengendalian diri. “Yang penting diri sendiri, yang membentengi diri ya kita sendiri, bukan irjen kita, bukan KPK, bukan jaksa agung, bukan kepolisian.”
Itu baru soal Juliari Batubara, belum lagi jika kita membicarakan hubungan Jokowi dan Prabowo-Sandi dari awal hingga sekarang ini. Bagaimana tidak? Prabowo yang selama gelaran Pilpres 2019 sangat “Gahar” menantang Jokowi tiba-tiba dianggap lembek oleh publik ketika mendapat tawaran menteri.
Begitu juga dengan Sandi yang sempat beberapa kali menyatakan siap beroposisi selama lima tahun usai kalah di Pilpres, pada akhirnya mengikuti jejak Prabowo masuk kabinet rivalnya itu.
Bahkan beberapa akun juga tidak habis pikir dengan narasi keras Prabowo-Sandi atas rivalnya yang mengakibatkan tingginya tensi politik pada saat itu. Sehingga, dari kerasnya benturan politik saat itu sampai menghilangkan nyawa rakyat yang tak berdosa dan beberapa lainnya turut dipenjara. Ingatkah Prabowo-Sandi momen-momen itu?
Bahkan yang terbaru, ribuan orang menyerbu akun Twitter mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno atas keputusan tersebut dan meminta sumbangan yang dulunya diberikan pada paslon ini agar dikembalikan.
Tertawa itu sebanarnya sehat, tak jarang hasil studi yang mengatakan bahwa tertawa bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Oleh sebab itu, tentu tertawa bisa menjadi alternative terbaik untuk menyikapi lucunya panggung politik saat ini.
Jika boleh mengutip slogan Warkop DKI, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang !