Sisa Sampah Setelah Penutupan Pulau Seprapat dan Kolam Tambat Kapal

Setelah kawasan Pulau Seprapat dan juga kolam tambat kapal ditutup oleh pihak yang berkompeten di Juwana dengan mencegat dan menghentikan langsung para pengunjung yang tiap sore mulai pukul 16.00 hendak memasuki kawasan itu, maka upaya agar mereka memutar balik atau tidak boleh memasuki kawasan tersebut langsung dilakukan oleh petugas yang melaksanakan pengamanan dan pengetatan. Sebab, jika diberikan kelonggaran maka warga tiap sore akan berbondong-bondong berdatangan di kawasan ini dengan alasan, hanya melihat penerbangan layang-layang raksasa tapi tanpa disadari mereka pasti akan berkumpul dan bergerombol jika sudah bertemu antara satu dan lainnya, sehingga jika hal tersebut tidak diperketat maka besar kemungkinan munculnya klaster baru sebagai dampak dari kerumunan massa yang tidak terkontrol tersebut tak bisa dihindari.

Akan tetapi dengan diberlakukannya pengamanan dan pengetatan di kawasan tersebut, maka warga yang hendak memasuki kawasan itu bila sore hari tetap tidak diperbolehkan, sehingga yang masih tersisa dari maraknya massa yang pernah berkumpul dan bergerompol di kawasan tersebut, adalah masih banyaknya sisa-sisa sampah yang dibuang di saluran pembuang (drainase) di kawasan kolam tambat kapal. Bahkan tidak hanya itu, sampai saat ini pun masih ada meja yang bekas digunakan untuk berjualan makanan oleh penjualnya juga ditinggal dalam saluran tersebut, maka hal itu nanti akan menjadi kebiasaan yang terus berlangsung selama ini, yaitu membuang sampah apa pun tidak pada tempatnya, adalah bagian dari budaya masyarakat di wilayah ini. (Foto:SN/aed)

Previous post Tokoh Masyarakat Bendar, Jawab Soal Edaran Bohong Kematian Warga Capai 34 Orang Sepekan
Next post Meningkatkan Ekonomi Seiring Dengan Menerapkan Protokol Kesehatan

Tinggalkan Balasan

Social profiles