SAMIN-NEWS.com, PATI – Pada masa masyarakat banyak yang menguasai radio komunikasi, khususnya dua meter band, saat cuaca ekstrem karena hujan turun dengan intensitas cukup tinggi, maka warga Pati, banyak yang ”sok tahu”. Sehingga beramai-ramai menyebarkan informasi, bahwa pintu Waduk Seloromo, di Desa/Kecamatan Gembong, dan Waduk Gunungrowo, di Desa Sitiluhur, kecamatan setempat, sudah dibuka.
Kemudian muncul penilaian subjektif atas kegagalannya dalam memahami kondisi yang ada, di mana pada musim-musim antara Desember sampai sekarang, dan seterusnya sampai Agustus mendatang, jelas tidak ada pintu waduk yang dibuka. Bahkan, waduk dalam kondisi seperti itu adalah saatnya mengisi air ke daerah genangannya (kom), sehingga tidak mengenal apa itu penutupan pintu waduk.
Sebab, saat turunnya curah hujan cukup tinggi, hal itu tidak akan sampai mengganggu kondisi pengisian daerah genangan waduk. Akan tetapi masyarakat yang gagal memahami struktur kondisi waduk, maka dengan alat komunikasi langsung menyiarkan berita kepada sesama pengguna alat komunkasi tersebut., bahwa terjadinya banjir di kawasan hilir sebagai akibat dibukanya pintu waduk.
Padahal, tanpa pintu waduk seperti Gembong dan Gunungrowo harus dibuka, secara otmatis guyuran air hujan maupu gelontoran air dari jaringan pengisian waduk secara otamatis air tersebut akan mengalir ke hilir. Sebab, konstruksi setiap waduk pasti dilengkapi dengan spillway (saluran pelimpah), sebagai antisipasi jika di daerah tangkapan air curah hujannya cukup tinggi.
Dengan demikian, saat-saat musim hujan di mana waduk harus melakukan pengisian air, jelas tidak akan ada petugas yang membuka pintu waduk. Akan tetapi para pemegang alat komunikasi radio tersebut kala itu terlalu nyinyir, menyiarkan berita yang tanpa chek dan rechek, bahwa terjadinya banjir di kawasan hilir adalah akibat dibukanya Waduk Gembong dan Waduk Gunungrowo.
Kondisi nyaris sama juga berlangsung dalam satu atau dua hari terakhir ini, bahwa melalui sebaran jaringan informasi masing-masing menggelontorkan kondisi Bendung Wilalung, di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus. Di mana, petugas telah membuka pintu 8 bendung yang mengarah ke alur Kali Juwana, meskipun apa yang dilakukan petugas itu hanya untuk mengurangi beban meluapnya air sesuai kapasitas.
Maksudnya, sepanjang alur Kali Juwana itu masih mempunyai kemampuan untuk menampung buangan air bendung rata-rata dengan denit 3.700 meter kubik/detik. Karena itu, pintu tersebut hanya sekadar dibuka tak lebih dari kemampuan alur Kali Juwana saat harus menerima buangan air dari bendung tersebut.
Jika pintu tersebut dibuka sampai melebihi kapasitas kemampuan lokasi yang harus menampungnya, maka tidak harus menunggu satu kali 24 jam, maka sepanjang hulu dan hilir Kali Juwana akan menjadi lautan. Hal itu tidak hanya terjadi di sepanjang alur Juwana (JU) I, tapi juga di Juwana (JU) II atau yang juga lazim disebut Kali Tus.
Di sisi lain, membuka pintu Bendung Wilalung juga tidak semudah apa yang dipahami masyarakat, yaitu asal air bendung penuh, maka suka-suka petugas langsung membukanya. Akan tetapi, hal tersebut harus dimusyawarahkan dengan seluruh jajaran terkait atau antarwilayah, sehingga lebih baik jika saat ini masyarakat awam tidak usah sok tahu, dan ikut-ikutan menyebarkan berita bahwa pintu 8 Bendung Wilalung yang menuju ke alur Kali Juwana dibuka.