Raffi Ahmad Berulah, Masih Yakin Mau Sewa Influencer?

HINGGA tulisan ini diterbitkan, nama Influencer kelas wahid Raffi Ahmad masih saja bertengger pada kolom trending topic Twitter. Hal tersebut tentu karena salah satu unggahan di laman Instagram milik Anya Geraldine yang menunjukkan bahwa ia dan sederet nama artis seperti, Raffi Ahmad, Gading Marten, dan lainnya tengah menggelar pesta tanpa protokol kesehatan yang ketat setelah Raffi menerima vaksinasi pertama mewakili anak muda.

Isu tersebut pun kian berkembang, menyusul ramainya perbincangan publik mengenai nama Raffi Ahmad. Mulai sekedar menyalahkan Raffi, hingga menyoal mengapa pemerintah memilihnya sebagai perwakilan anak muda.

Bahkan salah satu media dengan tegas mempertanyakan apakah Raffi Ahmad memang bisa dikatakan mewakili anak muda di Indonesia? Dalam ulasannya, media tersebut membandingkan Raffi Ahmad dan rata-rata anak muda Indonesia dari perspektif gaji yang mereka terima.

Dalam tulisannya, media tersebut menyajikan data bahwa 74,39% anak di Indonesia berupah kurang dari Rp3 juta, hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan penghasilan Raffi Ahmad yang dikenal begitu bergelimang harta.

Pertanyaannya, apakah pemilihan Raffi Ahmad sebagai perwakilan anak muda dalam vaksinasi pertama itu salah?

Rasanya sudah menjadi rahasia umum jika sekarang Influencer seperti diposisikan sebagai humas tak resmi dari pemerintah Indonesia. Bahkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johny G. Plate dengan terang-terangan mengakui dan begitu percaya diri dengan hal tersebut.

Menurutnya, pemerintah memakai influencer bukan sesuatu yang salah karena mereka terpercaya dan teridentifikasi denga jelas.

Bahkan berdasarkan data Indonesian Coruption Watch (ICW), setidaknya tak kurang dari 90,45 Miliar dana telah dikucurkan untuk menyewa influencer dengan jutaan follower selama kurun waktu 2014 hingga 2019 demi kepentingan mengkampanyekan berbagai kebijakan.

Dalam kasus Raffi Ahmad kali ini, sebenarnya ia tak bisa serta merta disalahkan begitu saja. Sebab, dalam hal ini ia hanyalah seorang sewaan saja. Bekerja ketika dibayar dan kembali ke hidupan aslinya ketika usai. Barangkali memang begitulah Raffi Ahmad.

Apabila memang mau menyalahkan, tentu kesalahan utama ada pada siapa yang memilih Raffi Ahmad untuk mewakili anak muda. Dengan munculnya kejadian ini pemerintah tentu harus berkaca mengenai penggunaan Influencer diberbagai kesempatan.

Kalau sudah begini, masih yakin mau sewa influncer lagi?

Previous post Hari Keempatbelas: Tujuh Jenazah Dimakamkan dengan Standar Protokol Covid-19
Next post Data BPJS Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Naker Tidak Sinkron

Tinggalkan Balasan

Social profiles