Menafsirkan Makna Tersirat dari Karantina Wilayah Setengah Hati

HARI ini merupakan hari dimana penerapan program “Jateng di Rumah Saja” yang diinstruksikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kemudian diteruskan penerapannya di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah.

Program yang dilaksanakan tanggal 6 hingga 7 Februari ini pun sebelumnya tentu menuai protes dari berbagai pihak. Sebab kebijakan karantina wilayah semacam ini tentu tidak akan efektif jika hanya diterapkan dengan setengah hati dalam kurun waktu dua hari kerja saja.

Instruksi Ganjar tersebut kemudian diteruskan oleh masing-masing kepala daerah dengan menerbitkan Surat Edaran (SE) di daerah masing-masing. Di Kabupaten Pati sendiri, program besutan ganjar tersebut kemudian diterjemahkan oleh Bupati Pati Haryanto dengan menegaskan penegakan  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayarakat (PPKM).

Dalam SE mengenai program “Jateng di Rumah Saja” yang dikeluarkan Bupati Pati tersebut menyebutkan bahwa pada tanggal 6-7 Februari masyarakat diimbau di rumah saja, sementara pasar, PKL, restoran, warung makan, swalayan, toko bisa maupun modern masih boleh buka sesuai SE Bupati Pati Nomor 440/138 tentang PPKM.

Dari SE Bupati Pati kali ini, tentu siapapun sudah dapat menebak bagaimana program “Jateng di Rumah Saja” tersebut akan berjalan. Sudah nampak jelas blundernya bukan?

Tetapi hal ini sebenarnya cukup terbaca dari alasan Ganjar membuat program ini. Beberapa waktu lalu sebelum program ini diterapkan, ia sempat menyebut bahwa program “Jateng di Rumah Saja” merupakan bentuk respon terhadap kekecewaan Presiden Jokowi yang menyebutkan PPKM telah gagal dan tidak efektif.

Meskipun pemberlakuan karantina wilayah setengah hati ini memang tidak bisa diharapkan dampaknya, tetapi dalam hal ini kita perlu memahami secara lebih substantif akan maksut dan tujuan Ganjar kali ini.

Sebagai seorang Gubernur dan alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), ia tidak mungkin tidak mengerti jika program buatannya kali ini tidak akan efektif melandaikan angka Covid-19 yang semakin meninggi.

Sebenarnya melalui tagar #2HariJatengHeningCipta yang trending di laman Twitter hari ini, kita bisa menebak apa maksut tersirat dan lebih substantif dari kebijakan Ganjar kali ini.

Ya betul sekali, dalam hal ini sebenarnya secara tidak langsung Ganjar hanya ingin mangajak seluruh masyarakat Jawa Tengah untuk mengheningkan cipta dan beristirahat sejenak untuk menyadari bagaimana pedihnya kondisi Jawa Tengah saat ini.

Secara eksplisit, Ganjar hanya ingin menegaskan bahwa Covid-19 di Jawa Tengah memang belum melandai. Saya yakin di dalam dadanya, Ganjar meraung kesakitan dan berkata jika Jawa Tengah masih belum baik-baik saja.

Previous post Mengenang Semboyan 35 Dari Lokomotif Kereta Api di Alun-alun Pati (5)
Next post Pemakaman Standar Protokol Covid-19; Beda Awal Januari Beda Pula Awal Februari

Tinggalkan Balasan

Social profiles