Pengantar: Sosok Kiai ”ndesa” yang satu ini, adalah Al-Mughfurlah KH Syamsul Hadi, asal Dukuh Kolutan, Desa Sumberejo, Kecamatan Jaken. Sebab, yang bersangkutan adalah seorang pejuang dan sekaligus guru sufi pada masanya yang sudah pasti tidak akan ditemukan dalam buku sejarah, maka ”Samin News” menuliskan sosok kiai ini dalam beberapa beberapa seri, mulai hari ini.(Redaksi)
SAMIN-NEWS.com, PATI – Dukuh Kolutan adalah satu dari lima dukuh di Desa Sumberejo, Kecamatan Jaken, seperti Dukuh Ngulaan, Blimbing, Genengan, dan Dukuh Grogol. Dibandingkan desa lain, Sumberjo mempunyai tingkat keramaian lebih dibanding desa-desa lain di sekitarnya, karena posisi dan kondisinya sebagai Ibu Kota Kecamatan Jaken.
Dengan demikian, desa ini tentu menjadi pusat kegiatan perekonomian masyarakat, pendidikan, dan sosial budaya. Letaknya sekitar 27 kilometer arah tenggara dari pusat pemerintahan di Kabupaten Pati yang berbatasan (utara) Desa Sumberarum, (timur) Desa Srikaton, (selatan) Desa Arumanis, dan (barat) Desa Tegalarum.
Dari kelima dukuh tersebut, papar Zamahsari, Ketua Umum Yayasan Keluarga Syamsul Hadi, yang dikenal sebagi pusat sumber ilmu agama, adalah Dukuh Kolutan. ”Dengan demikian, dukuh tersebut juga mendapat julukan sebagai ‘Dukuh Santri’, karena di dukuh inilah pernah hidup dan hadir sosok seorang alim yang cukup dikenal sangat kharismatik,” ujarnya.
Sosok alim itu tak lain, lanjutnya, adalah Al-Muaghfurlah KH Syamsul Hadi sebagai orang yang pernah membuka dan merintis lahirnya Dukuh Kolutan, dan sebagai pusat kegiatan keagamaan. Sehingga jasanya cukup besar dalam perintisan, dan penyebaran agama Islam yang setiap tanggal 27 Rajab yang saat ini kebetulan jatuh, di hari Kamis (11/3) besok diperingati sebagai hari wafatnya sosok dan tokoh kharismatik ini.
Sedangkan asal-usulnya, KH Syamsul Hadi, lahir tanggal 5 April 1872 di Dukuh Padakan Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken. Nama aslinya Syarif, dan setelah di pondok pesantren (Ponpes) diganti dengan Imam Subari, dan nama Syamsul Hadi diperoleh setelah menunaikan ibadah haji.
Ayahnya, adalah Sarman bin Hamzah, asal Dukuh Padakan Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken yang tak lain adaah seorang modin di desa tersebut. ”Sedangkan ibunya, adalah Saminah binti Mangun Asro, asal Dukuh Wungwung, Desa Arumanis juga di Kecamatan Jaken, dan secara kebetulan Mbah Asro juga sebagai Modin Wungwung,’ imbuhnya (bersambung)