Suasana Setelah Pemindahan Mbah Syamsul Hadi (20-Habis)

Tempat pemakaman Umum (TPU) Dukuh Kolutan, kali pertama Al-Magfurlah KH Syamsul Hadi disemayamkan, dan setelah 40 harinya dipindah di pemakaman khusus di belakang Masjid Al-Mujahidin.

SUASANA setelah pemindahan jenazah Mbah Syamsul Hadi, agak mirip pada wafat beliau. Para santri yang baru mengetahaui berita ini, sejak hari pertama hingga kurang lebih tujuh hari, bahkan ada yang baru datang setelah 40 harinya, dan hal tersebut sangat mungkin pada saat itu, karena berita ta’ziah hanya ”gethok tular” (dari mulut ke mulut).

Pada hari Jumat Pon, hari pemindahan jenazah beliau, pada siang pelaksanaan shalat berlangsung satu rekaat yang diimami  oleh Pak Abd Wahab. Putri beliau yang bernama Siti Khofsah yang ikut shalat Jumat di pawestren utara tiba-tiba jatuh pingsan sehingga jamaah pun  gaduh juga sebagian jamaah laki-laki yang berdekatan.

Dengan demikian, mereka membatalkan shalat Jumat untuk menolong yang pingsan, dan yang lain tetap meneruskan shalat Jumat hingga akhir serta menyelesaikan wirid. Siti Khofsah pun dibawa pulang ke rumah Pak Abd Wahab, dan sampai selesai wirid dia baru sadar, maka Pak Abd Wahab ke makam Mbah Syamsul Hadi dan kembali membawa air putih diminumkan kepadanya, tak lama kemudian sadar.

Adapun cerita beliau (Siti Khofsah), bahwa pada saat mulai shalat Jumat dia sudah melihat sepertinya orang-orang berjubah datang ke makam simbah, untuk tahlil dan salah satunya ada yang menyenggol dia, maka dia terjatuh dan pingsan. Selama pingsan dia juga melihat kegiatan orang-orang berjubah tadi sampai selesai, sehingga dia siuman kembali.

Keadaan masjid yang setiap malam selalu ada santri yang diganggu oleh jin.  Sejak pemindahan makam sudah tidak ada lagi, maka santri pun kegiatannya kembali seperti semula.

Sebagai penutup, tulisan yang sangat sederhana ini kami sajikan kepada anak dan cucu kami, serta para santri dan orang-orang tercinta dengan harapan ada manfaat dan berkahnya. Adapun kekurangan dan kesalahan sudah barang tentu ada, maka kami mohon para pemerhati, dan pecinta beliau untuk berkenan memberi masukan sehingga tulisan ini bisa lebuh sempurna.

Sejak Tahun 1990 kepengurusan makam ini dilaksanakan oleh suatu lembaga, yaitu Yayasan Keluarga KH Syamsul Hadi Sumberejo, Jaken, Pati yang diketuai Bapak Kiai Ahmad Fadloli. Dalam hal ini perongatan haul yang setiap tahun diadakan, mulai Tahi  1974 diadakan pertemuan keluarga yang pada waktu itu dirintis oleh Pak Kiai Abd Wahab.

Adapun  para pembantunya, yaitu saudara H Moh Thoha AW dan saudaranya. Acara ini selanjutnya oleh Yayasan Keluarga KH Syamsul Hadi (YKSH) dikembangkan semakin meriah, sehingga sekarang selain pembangunan makam yang semakin representatif. Mudah-mudahan di hari mendatang perkembangan agama khususnya pendidikan dan pesantren di Kolutan lebih maju, dan sesuai harapan Mbah Syamsul Hadi bahwa Kolutan harus menjadi sumber ilmu di wilayah Jaken. Amin.

 

Sumberejo, 27 Septenber 1987

         Penulis

Moh Abdul Wahab Syamsul Hadi.                

Previous post Calon Kades Positif Terpapar Covid-19; Kutoharjo Zona Merah
Next post Pejabatnya Saja Semaunya, Demokrasi?

Tinggalkan Balasan

Social profiles