MENJELANG Pilkades Serentak di Kabupaten Pati yang akan dilaksanakan awal April mendatang sudah seharusnya menjadi momentum untuk berefleksi bagi semua pihak baik itu masyarakat maupun kepala desa yang akan terpilih nantinya.
Dari segala rentetan daftar pekerjaan kepala desa yang akan terpilih nanti, ada satu hal bersifat cukup prinsipil, yakni mengenai bagaimana ia tak hanya berorientasi pada pembangunan fisik semata. Sebab pada tataran tertentu mindset justru lebih krusial untuk segara direvolusi.
Contoh kecil dalam konteks ini adalah bagaimana kita memandang bahwa untuk menjadi sukses, kita harus meninggalkan desa. Ada setumpuk paradigm yang cukup mengakar bahwa hidup di desa adalah pilihan yang tidak tepat untuk menjadi sukses.
Kini sudah saatnya pemerintah desa mulai menjembatani masyarakat untuk berfikir lebih optimis dalam kaitan tetap memilih tinggal di desa. Tentu kita tahu bahwa ada setumpuk potensi baik itu sumber daya alam maupun manusia yang dimiliki oleh masing-masing desa.
Coba bayangkan saja jika semua potensi tersebut bisa dimaksimalkan dalam rangka kemajuan desa, pasti sedikit demi sedikit point of view mengenai desa itu tertinggal, desa itu penuh keterbatasan dan lain sebagainya bisa kita tinggalkan perlahan.
Lantas apa masalahnya? Mengapa hingga sekarang nyatanya kita masih terjebak dengan cara pandang yang sudah using tersebut?
Jawaban tersebut sederhana namun cukup kompleks jika diuraikan. Dalam hal ini cara pandang generasi tua dan muda seringkali tidak menemukan kata sesuai.
Para generasi muda terlalu angkuh dan merasa tidak sesuai hidup di desa, sementara generasi tua menganggap bahwa dirinya lebih superior dan lebih mengerti dalam urusan pembangunan desa.
Padahal jika keduanya mampu bertemu pada pemahaman yang sama, tentu hal ini akan menjadi sebuah kabar baik bagi pembangunan desa tersebut.
Bagaimana tidak? Hitung saja berapa banyak generasi muda yang sukses berkiprah dalam berbagai hal di luar desanya? Mulai menjadi pengusaha, tenaga pendidik, tenaga kesehatan, jurnalis, dan lain sebagainya.
Sekarang mari kita berandai-andai mengenai bagaimana jadinya jika generasi muda tersebut bisa kembali ke desa masing-masing untuk memajukan tanah kelahirannya. Tentu cerita tentang bagaimana hidup di desa akan berbeda.
Untuk itu, pada momen menjelang Pilkades Serentak ini, sudah seharusnya para calon kepala desa mau dan mampu untuk memandang pembangunan desa secara lebih general. Sederhananya, mau genti kepala desa berkali-kali pun tentu tidak akan ada perubahan signifikan jika PR besar mengenai mindset masyarakat masih stuck di situ saja.