Petani di Hilir Saluran Pembuangan Pabrik Gula Butuh Air Limbah

SAMIN-NEWS.com  PATI – Di kalagan para pecinta lingkungan limbah cair persusahaan penghasil gula, biasa disebut sebagai polutan. Kendati sudah diproses melalui unit pengolahan limbah cair, tapi yang dibuang keluar lewat saluran pembuangnya tetap memnghasilkan air buangan yang berwarna hitam pekat dan menimbulkan bau menyengat.

Kendati demikian, selama ini banyak petani di kawasa hilir saluran pembuang pabrik gula itu yang memanfaatkan air limbah iutu untuk mengolah lahan pertaniannya. Karena itu sepanjang musim, para petani di kawasan hilir saluran itu tak pernah berhengti memanen padi yang sumber pengairannya adalah limbah pabrik gula tersebut.

Hal itu tak beda jauh dengan apa yang dilakukan oleh salah seorang petani, di kawasan hilir saluran pembuang limbah tapioka atau yang oleh mereka disebut ”lindur”. ”Dengan memanfaatkan air limbah yang warna dan bahunya tak sedap menyengat itu, kami bisa memanen padi sepanjang musim,”ujar salah seorang petani yang bersangkutan,” ujar salah seorang di antara mereka, Noto (56).

Air limbah buangan pabrik gula ini di sepanjang sisi kiri dan kanan salurannya dimanafaatkan para petani penanam padi yang selalu panen sepanjang tahun.

Bahkan, lanjut dia, saat musim kemarau dimusim giling baik tebu maupun ketela ini, air limbah buangannya sangat menolong para petani. Sebab, untuk mendapat air demi kepentingan tanaman padinya tudaklah banyak menghadap kesulitan, meskipun air yang dudapat tentuanya berbeda dengan air dari kali yang kualitasnya tentu lebih baik.

Karena itu yang sangat dibutuhkan, adalah kepedulian pihak perusahaan agar secara periodik melakukan penggelontoran ke saluran pembuangnya. Hal tetsebut untuk menjaga dan menghindarkan agar orang lain jika melintas di kawasan lokasi saluran pembuang itu tidak haris melihat dan menghirup bau busuk menyengat.

Dengan kata lain, jangan hanya menunggu gelontoran air karena turunnya hujan sehingga yang tampak di saluran pembuang tersebut, selain air limbah berwarna hitam pekat dan menguapnya bau tak sedap juga sampah menumouk di dalamnya. ”Berkait hal tersebut, kami sudah merasakan sebagai hal biasa,” ungkap salah seorang petani di sekitar saluran pembuang itu, Mono (55).

Previous post Pinjaman Tabung Oksigen ke Gusdurian Kembali Lancar
Next post Dinkopumkm Lakukan Pendataan UMKM Imbas Penerapan PPKM Darurat

Tinggalkan Balasan

Social profiles