SAMIN-NEWS.com, PATI – Cerita mitos sudah berabad-abad lewat berkait dengan ”Luang Kebo Landoh,” peninggalan tokoh legendaris Saridin yang terkenal juga dengan Syeh Jangkung, sampai sekarang masih melekat erat di kalangan masyarakat Pati, dan sekitarnya. Yakni, siapa saja yang memiliki/memegang ”lulang” (kulit) kerbau tersebut akan mempunyai kekebalan dari bacokan maupun tusukan dan sabetan senjata tajam.
Apalagi, cerita tentang ”lulang” dari kerbau itu juga semakin populer ke mana-mana, dan bahkan sampai sejarang barang kali masih ada yang mencarinya, karena sering ditampilkan dalam cerita ketoprak serial Saridin/Syeh Jangkung. Akan tetapi, cerita nyata tentang kulit hewan sembelihan baik kerbau, sapi dan kambing, menjadi bentuk kegiatan usaha seorang warga Desa/Kecamatan Kayen, Wulaji (46).
Jika musim Hari Raya Kurban atau Hari Raya Idhul Adha, sebagaimana yang baru berlangsung beberapa wakatu lalu, papar ayah lima anak saat ditemui di kediaman dan juga tempat usahanya, di pinggir jalan raya Pati-Purwodadi KM 18, boleh dibilang saatnya dia menikmati panen raya daru usaha yang digeluti sudah sejak Tahun 1999. ”Saat ini, kami sudah mempunyai stok sedikitnya 5.000 lember kulit ketiga jenis hewan tersebut,” ujarnya.
Lembar kulit sebanyak itu, lanjut dia, semua dikumpulkan yang terbanyak dari pemotongan hewan kurban oleh para panitia, di mana untuk kulitnya memang tidak disertakan, tapi biasanya digunakan sebagai imbalan untuk yang bertugas memotong/menyembelih. Di luar itu, biasanya para pemilik usaha pemotongan hedwan juga jarang yang memanfaatkan kulit itu untuk diolah dan dijual.
Menyangkut pembeliannya, dilakukan berdasarkan berat basah per kilogramnya dengan harga untuk kuli sapi per kilogram hanya Rp 8.000. Hal itu terpaut jauh dengan harga kulit kerbau, di mana per kilogramnya mencapai Rp 25.000, dan untuk kulit kambig dubeli bukan per kilogram melainkan per lembar, sebesa Rp 20.000.
Setelah selesai mengalami proses penjemuran yang kali ini harus menggunakan halaman depan rumah, dan juga pinggir jalan raya, serta sampai areal persawahan kosong juga dimanfaatkan untuk menjemur kulit hewan tesebut sampai benar-benar kering. Untuk penjualannya kami banyak membawanya ke Yogyakarta, karena diolah lagi menjadi beberapa bahan, utamanya sebagai bahn pembuat kerupuk kulit yang juga lazim disebut rambak.
Tentang berapa harga jual lembaran kulit yagg suda kering tersebut saat dijual lagi kepada pemilik usaha pembuatan kerupuk kulit, Wulaji pun mengungkapkan, bahwa hal itu adalah tergantung hasil tawar menawar antara dia dan pembelinya. ”Dengan demikian, harga itu juga tergantung bagaimana kita dalam membaca harga pasar,” jelasnya.