SAMIN-NEWS.com, PATI – Harapannya di masa pandemi Covid-19 ini harga jual empon-empon, khususnya jenis kencur hasil jerih payah para petani bisa kembali terangkat, atau minimal ada kenaikan. Sebab, banyak orang yang mencoba meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan mengkonsumsi jamu yang kebanyakan bahan bakuya dari empon-empon jenis tersebut.
Akan tetapi, kondisi di lapangan atau di tingkat petani harga jual empon-empon jenis itu justru sebaliknya, dan bahkan ada kecenderungan terus merosot turun. Bahkan, harga jual di tingkat petani sampai saat ini hanya sampai sebatas Rp 9.000 per kilogram, meskipun di bulan lalu masih bisa laku Rp 10.000 per kilogram.
Bahkan, papar beberapa petani, ketika ditemui di ladangnya, waktu itu juga masih bisa bertahan dengan Rp 20.000/kilogram di bulanĀ Mei. ”Akan tetapi waktu itu para petani belum banyak yang memanen hasil tanamannya, sehingga hal tersebut wajar jika harganya masih terhitung lumayan karena ika dihitung-hitung masih bisa untuk membiayai produksi panenan,” ujar salah seorang di antara mereka, Raspin (52).
Kendati demikian, dari pantauan Samin News di sekitar Desa Bremi, Kecamatan Gembog, sekarang ini juga sudah ada yang kembali menanam kencur lagi. Alasannya, saat ini musim kemarau tapi masih sering juga turun hujan, sehingga mereka tidak perlu khawatir tanaman tersebut akan mengalami kekeringan untuk bibitnya saat pongkolnya nanti suda tumbuh.
Biasanya hal itu dilakukan saat perubaha musim dari kemarau ke musim penghujan, atau antara Oktober s/d Desember. Selebihnya, saat ini mereka juga mempuyai bibit sendiri dari hasil panenan saat ini, sehingga tudak perlu harus membeli sehingga dari sisi biaya/ongkos sudah dikurangi pembelian bibit.
Apalagi, jika saat musim tanam harga bibit kencur juga cukup mahal, karena bisa mencapai Rp 35.000 per kilogram, dan bahkan juga bisa lebih. ”Harapan lain yang selalu ada pada kami para petani, siapa tahu nanti harga jual kencur setelah Covid-19 ini justru berbalik menjadi naik, karena harga di pasaran juga lebih baik,” imbuh salah seorang petani lainnya, Nardi (46).