SAMIN-NEWS.com, PATI – Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, maka membaca dan memahami sejarah adalah menjadi bagian dari kesenangannya. Dengan demikian, jika siapa pun mau memahami sejarah para pendahulunya, maka akan memahami bagaimana proses sejarah itu terjadi.
Hal tersebut diungkapkan, istri Dandim 0718 Pati, Letkol Adi Ilham Zamani, Ny Iink Adi Ilham Zamani, Minggu (8/Agustus) sore kemarin saat berbincang dengan ”Samin News”, di halaman Pendapa Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Pati. Dalam kesempatan tersebut yang bersangkutan tengah menunggui anggota grup WA Sahabat Pati tengah merefleksi upaya menguri-uri budaya pakaian perempuan, khas Pati.
Upaya tersebut, lanjut Ny Iink, demikian sapaan akrabnya sehari-hari, tentu bagian dari sejarah dan budaya perempuan Pati pada masanya. Sedangkan Pati sendiri mempunyai sejarah cukup tua, di mana terdapat Situs Genuk Kemiri yang baru kali pertama sempat di kunjungi, sehingga dalam kesempatan lain jika ada waktu luang tetap akan berkunjung kembali di tempat tersebut.
Apalagi, karena baru kali pertama berkunjung di tempat yang mempunyai nilai sejarah, maka salah masuk jalan menuju ke Pendapa Kemiri pun terjadi. ”Karena itu, kami harus minta kepada salah seorang teman untuk sharelok, dan akhirnya ketemu juga,” ujarnya.
Dari kesenangan atau kebiasaan membaca sejarah, papar Ny Iink, maka kemana saja saat harus mendampingi suami dalam melaksanakan tugas, maka sejarah di mana daerah tempat tugas baru tersebut terlebih dahulu dipelajari. Hal itu sudah barang tentu, termasuk sejarah Pati sebelum suami memangku tugas sebagai Dandim 0718 Pati.
Sebab, dalam mengikuti dan mendampingi tugas suami sudah barang tentu ibarat pepatah, yakni ”di mana bumi dipijak di situlah langit harus dijunjung.” Hanya saja, yag dipelajari medalam tentang Sejarah Pati tersebut, bukan yang berlagsung pada masa Kerajaan Majapahit dengan angka Tahun 1293, melainkan pada masa Kerajaan Mataram Islam (1587).
Pada masa itu, setelah runtuhnya Kerajaan Pajang sebagaimana dituturkan dalam Buku Sejarah Babad Tanah Jawi, maka setelah Ki Gede Pemanahan sebagai Lurah Mataram wafat digantikan putranya. Yakni, Sutowijoyo atau Panembahan Senopati, memerintah Tahun 1587-1601, dan di Pati ada juga Ki Ageng Penjawi.
Dengan demikian, tentang sejarah Pati yang terjadi pada masa Kerajaan Majapahit memang baru diketahui setelah berada di Pati, sehingga hal tersebut juga baru sempat dibaca dan dipelajari. ”Karena itu, jika anak-anak nanti sewaktu-waktu bertanya tentang hal tersebut, kami sebagai orang tua bisa menjawabnya, mengingat sekarang ini mata pelajaran sejarah di sekolah tidak diajarkan lagi,” imbuhnya.